Senin, 06 Februari 2012

MENJEMPUT HUJAN


Oleh : Eko Hastuti


Menjemputmu seakan menanti kawan lama yang hendak bertandang
Kalau waktu luang
Kalau aral tak melintang
Kalau kesempatan datang
Tapi, hari berganti hari tak kunjung  tiba
Hingga kerinduan membeku dan membatu di ambang senja

Menjemputmu seakan penantian nan panjang
Tanpa kepastian tanpa harapan
Kapan perjumpaan itu kan berujung
Ataukah langsung usai sebelum  pesta dimulai
Penantian terasa begitu menjemukan
Antar rentang waktu menunggu dan membisu
Lalu mengunci hati : tak perlu menanti lagi

Hingga daun-daun kerontang
Ranting-ranting patah
Dan tanah-tanah  merah merekah
Menjerit sakit memendam dahaga
Tuk menyirami  tanah-tanah kering tak berdosa
Tapi menanggung segala petaka
Kapan memanen padi kala musim tak segera berganti
Panas terus menggerus tebing-tebing tinggi
Lembah, ngarai, ladang, dan sawah
Lelah menjemputmu

Panas terus membakar semak-semak belukar
Panas menjerang ladang
Kapan kan kembali memanen ketela, jagung,  kacang
Kala  hujan sembunyi di balik awan
Dan awan hitam sekedar fatamorgana yang tak peduli
Dengan bumi yang rindu menantimu kembali
Turun dengan riang

Wonosobo, 6 Januari 2012



Tidak ada komentar: