Jumat, 17 Februari 2012

RESENSI  BUKU


Judul
: Hidup Itu Lucu
Penulis
: Michael J. Fox
Penerbit
: Kaifa
Kota Terbit
: Bandung
Tahun Terbit
: 2011
Tebal Buku
: 131 hal
Ketika banyak orang berpendapat bahwa hidup itu, sulit, unik, penuh misteri, indah, bahkan kejam, Michael berbeda pendapat. Yah, hidup menurutnya itu lucu. Nah, lucunya seperti apa, mari kita cermati kisah hidup penulis buku ini yang seorang aktor, penulis, Komedian, produser dan aktivis.  Michael yang  tidak tamat SMA ini, menerima gelar kehormatan dari sejumlah universitas. Sebagai penulis buku, Michael menginspirasi pembacanya untuk bekerja keras, meraih apa pun yang bisa diraih, dan memaksimalkan kemampuan. Ciri khas Michael adalah optimistis, hangat, dan penuh humor.
“Hidup ini seperti berkendara. Pasang sabuk pengaman, berpegangan dan buka terus matamu!” pernyataan penulis pada bagian pembuka buku ini. Michael juga mengilustrasikan sebuah benda berupa toples besar yang bening dan kosong. Toples itu lalu diisi bebatuan sebesar bola golf hingga penuh. Saat ditanyakan ke mahasiswa, siapa yang menganggap toples ini penuh, seluruh ruangan mengiyakan. Lalu Sang Dosen mengisi toples tersebut dengan pasir hingga penuh, lalu bertanya, “Siapa yang mengganggap toples ini sudah penuh?” Kembali seluruh mahasiswa mengangkat tangan tanda setuju. Terakhir, dosen mengisi toples dengan cairan dua kaleng minuman bersoda sampai habis. Lalu bilang, “Sekarang baru penuh”. Lanjutnya, “Stoples ini menggambarkan kehidupan kalian…keluarga, pekerjaan, karier, minat, dan hal-hal sepele (kecil) tapi mungkin penting, yang perlu diperhatikan”.
Michael mengisahkan kalau pendidikannya di SMA Jungkir Balik dan Universitas Alam Raya, jadi tidak ada ujian dan wisuda. Tapi, pengalaman hidupnya sejak kecil, tidak lulus SMA, menjadi aktor ke Hollywood dan Los Angeles, mendapat gelar kehormatan dari beberapa universitas, sukses hidup (istri cantik dan cerdas, kaya raya, kemudian menderita penyakit parkinson’s, lalu menyembunyikan diri dari realita hidup, dan akhirnya pasrah menerima realita), menjadi pengalaman berharga bagi orang lain. Beberapa saran yang dipesankan kepada para pembaca : 1) Jangan terlalu sering membayangkan skenario tentang kemungkinan buruk; 2) Jarang sekali kejadiannya berlangsung seperti yang kau bayangkan, dan bahkan jika kebetulan hal itu benar-benar terjadi, berarti kau akan mengalaminya dua kali; 3) Ketika segala sesuatu benar-benar memburuk, jangan lari, jangan sembunyi; 4) Bertahanlah, dan beranilah menghadapi setiap bagian dari ketakutanmu dan 4) Cobalah tenang.
Nasehat lain yang bisa dipetik, antara lain : 1) Hei, kalau kau mau jadi  penebang kayu, kau harus pergi ke hutan; 2) Di mana kau berpijak, di situlah kau berada (maksudnya : Ke mana pun kita pergi, kita harus menyesuaikan dengan lingkungan baru tersebut. Bukan mereka yang akan menyesuaikan diri dengan kita) ; 3) siap dengan yang terburuk; 4) Kalau satu kakimu ada pada masa lalu dan satu kaki yang lainnya pada masa depan, berarti kau mengabaikan hari ini sama sekali; 5) pendidikan seseorang itu tidak pernah selesai, dan 6) Hidup itu belajar.
Membaca hingga kalimat terakhir buku ini tidak ada pernyataan yang berbunyi, Hidup Itu Lucu. Namun, kita bisa menangkap maksud dari aktor professional yang menjadi bintang utama film sitcom, Leo and Me dan memerankan tokoh Alex P. Keaton dalam serial NBC’s yang sangat populer, Family Ties (1982-89) ini bahwa hidup itu unik dan dramatis. Jadi istilah lucu dalam konteks ini bukannya lucunya seorang komedian yang membuat ketawa orang atau mengocok perut karena geli dengan ulah atau kata-kata yang kocak. Walaupun tidak diungkapkan secara transparan, sangat cukup jelas bahwa pemeran Marty McFly dalam trilogy box-of-fice, “Back to the Future” tentang perjalanan menembus waktu dan menghantarkannya sebagai bintang internasional ini ingin menyadarkan pembaca kalau hidup itu belajar. Jadi, dalam kondisi apa pun, kita harus terus belajar dari pengalaman : kegagalan, kesedihan, kesulitan, kesuksesan, kebahagiaan, dan lebih-lebih dari kesakitan (penyakit). Berbagai penghargaan, prestasi dan kesuksesan besar yang telah diraihnya, tidak membuat suami Tracy Pollan ini menjadi sombong. Buktinya, beberapa bukunya yang menjadi bestseller New York Times dan nasional, berhasil menginspirasi pembacanya untuk bekerja keras dan optimis. (Oleh : Eko Hastuti, Ketua Rumah Belajar Srikandi, Wonosobo, Jateng pada pertemuan KSM Srikandi tanggal 17 Februari 2012).

Tidak ada komentar: