Selasa, 19 Februari 2013

Mata Malna

Cepen Jusuf AN
www.jurnas.com/epapers/20130217
Setelah beberapa bulan kau tak lagi bertandang ke rumahku, senja itu kau kembali mengetuk pintu. Duduk di ruang tamu, kau meminta maaf atas kesalahanmu, lalu bercerita, bahwa selama kepergianmu, kau sudah berusaha mencari jodohmu sendiri. Bahkan kau mengaku telah memasang iklan di biro jodoh. 
Aku mengangguk percaya. Jika kau masih pegang kuat prinsipmu, sudah selayaknya kau rela menunda berkeluarga. Bahkan, bisa jadi kau tak mendapatkan perempuan yang kau inginkan sampai pipimu berkerut dan rambutmu beruban…
***
Namanya Malna. Dua tahun silam, semasa kami masih bersama di bangku kuliah, ia kukenal sebagai lelaki hidung belang. Betapa tidak, ia, yang dulu tinggal satu kos denganku, berganti-ganti perempuan masuk ke dalam kamarnya.

Ah! Lupakan, keterangan itu! Sekarang, kau tahu, manusia bisa berubah kapan saja, dengan atau tanpa sebab yang jelas. Ia sudah bekerja di sebuah perusahaan, dan mendapat posisi yang bagus. Belakangan ini, setiap senja, ia selalu mampir ke rumahku. Mengeluh tentang jodoh yang tak kunjung ia temukan. Ia selalu muncul dengan wajah yang masam, menyiratkan kerinduan tentang sebuah hidup yang baru.
Istriku, yang juga sahabat Malna dulu,  selalu duduk menemaniku di ruang tamu, mendengarkannya bicara panjang lebar dengan suara menghiba. Dalam hati, aku tertawa, tapi begitu menatap matanya, ada yang tergerak di dadaku. Tatapan mata yang kurasa sebagai tatapan seorang kawan yang membutuhkan bantuan. Tatapan mata yang menebalkan rasa syukurku akan keadaanku kini.

"Baiklah, aku akan coba membantumu," tukasku, suatu hari.
Lantas esok harinya, sepulang dari kantor kuajak Endah, teman kerjaku yang masih lajang ke rumah. Menurutku, Endah cantik, dengan bibir tipis dan rambut hitam cepak. Aku, Malna, Endah, dan istriku berkumpul di ruang tamu. Setelah Endah dan Malna berkenalan dan membuat percapan-percakapan pendek, lalu kuajak Malna ke ruang belakang.

"Bagaiamana?" tanyaku.

"Ramping, dan cantik, aku suka. Tapi…"      

"Tapi apa?"
"Tubuhnya kurang tinggi sedikit. Aku tak ingin kependekkannya menurun pada anakku nanti."
"Jadi..."

Malna menggeleng. "Gimana kalau carikan yang lain?" Ia tersenyum kecil.


Kuhempas nafas berat. "Oke!"

Dan Malna tersenyum lebar.
***
Sudah beberapa kali kukenalkan Malna dengan beberapa perempuan, belum satu pun ada yang ia angguki.
"Rukmi sebenarnya cantik dan pintar, Han. Tapi aku tak suka caranya berpakaian, terlalu rapat." ; "Ah, kenapa Ika memakai kaca mata minus, coba kalau ia tak mengenakan kaca mata, pastilah ia yang akan kupilih."

Begitulah, aku hanya bisa mengelus dada mendengar alasan-alasan penolakannya. Begitulah pula, Malna semakin rajin bertandang ke rumahku. Sepulangku dari kantor, sering kulihat Malna sudah ada di ruang tamu bersama istriku, ngobrol dan bercanda dengan renyah. Sama sekali aku tak menyimpan curiga. Sebab aku sangat percaya dengan Malna. Malna yang sudah aku kenal hampir sepuluh tahun itu tak mungkin tega menyakiti kawannya sendiri. Dan aku percaya dengan kesetiaan isteriku.

Ketika kukenalkan ia dengan Nora, perempuan paling anggun yang pernah kukenal, Malna langsung membelalakkan mata. Tapi ketika mendengar logat bicara Nora, Malna berbisik di telingaku, "Sayang sekali ya, Nora ngapak. Coba kalau…." Aku langsung menghindar dari bisikannya. Mendadak darahku naik ke kepala.

"Sebenarnya perempuan seperti apa sih yang cari?" tanyaku sewot. "Bukankah dulu, Dewi, pacarmu asal Cilacap itu juga ngapak, Sinta dan Nuria juga berjilbab? Tapi mengapa sekarang kau…"
"Bukankah isteri adalah perempuan yang akan menemani kita sampai batas usia, Han? Aku tak ingin ada hal kecil yang tidak kusuka dari isteriku, yang nanti bisa merusak hubungan rumah tangga. Han, mengapa kau diam?"

Aku gelengkan kepala beberapa kali, heran. "Sebenarnya aku telah melakukan kesalahan besar, Malna. Kau jauh lebih tahu perempuan yang kau inginkan dari pada aku. Dan tentu, kau lebih pandai mencarinya. Bukankah kau telah banyak belajar di masa muda?" terangku dengan suara lantang.

Mendengar itu, Malna membelalakkan mata. "Jadi, kau tak mau lagi membantuku?"

"Bukan begitu maksudku, tapi..."

"Ah, sudahlah, aku paham makna kalimatmu. Maaf, selama ini aku sudah merepotkanmu." Malna beranjak dari kursi, lalu keluar dan melesat dengan mobilnya. Aku tak mengejarnya, tak sudi mengejarnya. Aku juga tidak mencarinya untuk meminta maaf, sebab aku merasa tak ada yang keliru dari ucapanku. Jika Malna masih menganggapku kawan kuyakin ia akan kembali lagi.

Dan ternyata dugaanku benar. Beberapa bulan setelah itu setelah itu, Malna kembali mengetuk pintu rumahku.
***
Tenanglah, Malna, aku akan bantu semampuku. Akan kuhubungi lagi kawan-kawan yang kukenal. Siapa saja. Akan kucarikan kabar apakah ada perempuan yang serasi untukmu.

Ya, meski sebenarnya aku tak suka dengan prinsipmu. Bagiku, seorang isteri tak harus sempurna dengan kemauan kita. Kau keliru, Malna, tapi kau tetap kuat memegang kebenaranmu sendiri.

Kau juga salah jika mengira aku dan isteriku merupakan pasangan yang selalu hangat, tak pernah bertengkar, dan rukun sepanjang hari. Kau mesti percaya dengan keteranganku, bahwa hampir setiap minggu, dalam rumah tangga kami selalu ada percikan api. Ada sekian hal yang tak sukai dari isteriku, mulai caranya menghidangkan makanan, merawat kertas-kertas kerjaku, sampai saat kami di ranjang.

Jangan salah sangka, Malna. Kalaupun kami selalu terlihat hangat di depanmu, itu karena kami telah sepakat untuk tidak menunjukkan pertikaian pada orang lain, terutama kepada orangtua kami sendiri.  Kau juga keliru kalau mengira aku memilihnya menjadi isteri karena wajahnya yang cantik, rambutnya yang panjang dan postur tubuhnya yang tinggi anggun. Sudahlah, kita akhiri perdebatan ini, sebab tak akan ada ujungnya. Boleh saja kau tak percaya dengan keteranganku, tapi aku telah berkata dengan terbuka.

Kini, di ruang tamu rumahku, kau duduk tertunduk. Dan aku sudah menebak bahwa Liana yang baru saja kuperkenalkan padamu di sebuah kafe itu tak masuk dalam dafdar pilihanmu. Tapi tenanglah, aku tak akan memakimu. Bosan aku berdebat tentang keinginanmu yang lejit.

Mataku nyalang memandang ke luar pintu yang terbuka. Cahaya bulan  mencipta bayang-bayang rimbun pohon kedondong. Angin membawa masuk aroma mesiu dan debu. Kelebat serta deru kendaraan tak henti-henti mengalir, meninggalkan bising dengung menyebalkan. Membuat malam terasa lebih panas dan gerah.

Isteriku muncul dari balik pintu, membawakan dua cangkir teh hangat. Kau mendongak, mengamati wajah isteriku cukup lama, lalu menunduk saat sadar aku telah memperhatikanmu. Tak seperti biasa isteriku langsung masuk ke dalam. Ya, barangkali isteriku mulai jenuh memandang mukamu yang kusut. Entahlah.

Kau mengamati punggung isteriku yang hilang di balik kelambu, kemudian kembali menunduk. Diam. Entah pikiran apa yang tengah berkecamuk di kepalamu.

Selama kau diam, aku menerka-nerka tanggapan yang akan kau keluarkan tentang Liana. Barangkali tubuh Liana yang menurutku seimbang, di matamu nampak terlalu besar, dan kau merasa akan malu saat membawanya ke acara-acara keluarga. Atau kau tak suka dengan rambutnya yang bergelombang, sebab sejauh yang aku tahu kau lebih menyukai rambut perempuan yang lurus dan panjang.

Ah, aku mesti siap mendengar perkataan yang akan berloncatan dari mulutmu sebentar lagi. Aku tak boleh marah dan mesti empati.

Tapi entah kenapa, kali ini kau nampak ngungun. Adakah kau tengah menyesal dengan prinsip yang kau anggap benar itu, Malna? Atau, barangkali dadamu dipenuhi keraguan, dan rasa sungkan untuk kembali memintaku mencarikan jodoh buatmu? Kau sahabatku, Malna. Katakan saja keinginanmu, semampuku akan kubantu. Meski aku harus bekerja lebih jeli, mengamati sifat dan lekuk tubuh, serta wajah perempuan sebelum aku junjukan ke hadapanmu.

Mendongaklah, Malna. Agar bisa kutatap matamu dan aku ikut merasakan kesedihanmu, keinginanmu yang menggebu untuk segera berkeluarga. Ah, kau tak pernah tahu, karena aku tak pernah jelaskan hal itu padamu. Bahwa tatapan matamu sanggup memadamkan muak dan lelahku.

Aku dehem, berharap kau mendongak. Tapi kau tetap beku di kursi merah saga itu. Kuulangi dehemku, sembari bersiap menanti tatapan matamu yang barangkali tak berubah.

"Malna!" Karena terlalu lama kau terdiam, maka kutepuk pahamu.

Pelan-pelan kau mendongak, mengusap muka dengan dua telapak tangan, lalu menatapku. Berpandangan denganmu, aku rasakan ada sesuatu yang asing. Ya, sudah telalu sering kau melempar tatapan mata menyimpan kesedihan, tatapan mata seorang kawan yang meminta bantuan. Tapi sekarang aku merasakan ada pancaran aneh dari matamu. Pancaran yang sebelumnya tak aku kenali sepanjang usia persahabatan kita.

Dan begitu saja tatapan matamu menjelma mata pisau, setelah kau mengatakan sesuatu dengan suara lirih mendesah. Tatapan matamu berkilatan, mencabik-cabik dada dan leherku. Pancarannya menyirap darahku. Memandangnya, urat leherku seperti hendak terpotong. Dua belah mataku sendiri kian membelalak. Setengah menantang, setengah tak percaya dengan apa yang baru saja kau katakan..

Sungguh, aku tak pernah menyangka akan mendengar kalimat gila yang meloncat dari mulutmu: "Han, sebenarnya sudah lama aku jatuh hati dengan isterimu."

Kalimat itu, membuat waktu seperti mati. 
Sumber  :  ( http://dindingsastra.blogspot.com)

Kamis, 07 Februari 2013

MGMP BAHASA JAWA BEDAH SKL 2013



WONOSOBO – Di tengah rasa penasaran guru-guru bahasa Jawa  dalam menyongsong  Kurikulum 2013, MGMP Bahasa Jawa mengadakan kegiatan Bedah SKL 2013. Acara yang berlangsung di SMPN 2 Wonosobo, Kamis, 7 Februari 2013 ini dihadiri sekitar 40-an anggota. Kepada seluruh peserta MGMP diharap mengkritisi SKL yang telah disusun oleh pengurus khususnya Kompetensi Dasar yang ingin dicapai dan rumusan indikatornya. 
Di antara masukan yang cukup kritis dan logis disampaikan oleh Siswoyo (SMPN 1 Kaliwiro), Duriatul Fatonah (SMPN 1 Kalikajar), Eko Hastuti (SMPN 1 Wonosobo), Yantilah (SMPN 2 Mojotengah), dan beberapa guru lainnya. Intinya, SKL yang nantinya digunakan sebagai pedoman penyusun soal dalam merumuskan kisi-kisi soal hendaknya jelas dan mengacu ke Kurikulum Bahasa Jawa yang telah disesuaikan. Bentuk soal Pilihan Ganda sejumlah 50 butir dalam bahasa Jawa krama alus yang komunikatif.
 Hal ini dimaksudkan agar siswa tidak kesulitan, mengingat bahasa Jawa setempat lebih terpengarus dengan bahasa dhialek Wonosobo. “ SKL dan kisi-kisinya dapat dibagikan kepada guru-guru agar dijadikan pegangan dalam mempersiapkan siswa-siswinya menghadapi UAS” jelas Darmadi Prasaja selaku kepala sekolah pendamping. “ Penyusunan soal UKK dan UAS 2013 direncanakan tanggal 18-19 Februari 2013 dengan bobot soal 60% sulit, 30% sedang, dan 10% mudah” imbuh Darmadi.
Info terbaru berkaitan dengan pergantian Kurikulum 2013 disampaikan oleh Aliyah Demafa (SMPN 1 Mojotengah), yang baru saja mengikuti pelatihan di Salatiga bersama Ida Herawati (SMP 1 Kejajar). Bahwa guru-guru bahasa Jawa tidak usah galau dalam menyongsong Kurikulum Baru. Pasalnya, Pemprop Jateng telah menyusun Perda tentang perlindungan bahasa dan budaya Jawa. Pemerintah melindungi dan bertanggungjawab untuk mengembangkan bahasa dan budaya Jawa. Hal ini dipertegas oleh Erman Pujiyanto (Pengawas SMP) yang juga ikut menjadi Tim Penyusun Kurikulum mulok tingkat propinsi. “ Masukkan dari daerah telah dimasukan di Kurikulum 2013. Pada kelompok D terdapat mapel Jasmani dan OR dan Mulok (SBK, Bahasa Jawa, Prakarya). Bahasa Jawa yang semula ter inklud pada seni dan budaya, setelah ada masukkan semoga tetap berdiri sendiri” jelas Erman Pujiyanto.Dalam upaya mendukung tercapainya pendidikan karakter, guru diharapkan tidak hanya mengutamakan aspek kognitif saja, namun juga aspek afektif dan psykomotor.

Di akhir kegiatan, pengurus menyampaikan beberapa agenda yang akan datang berupa reorganisasi pengurus MGMP dan karya wisata ke Cilacap. Diulas juga masalah Lomba Pidato Berbahasa Jawa yang akan datang harus jelas kriteria lombanya agar tidak menimbulkan multi tafsir dalam menilai aspek berpidato. Saran Darmadi agar “selain kriterianya jelas, juga ada kesepakatan antar yuri, sehingga tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan”.  Acara yang dimulai jam 08.00 WIB ini selesai jam 12.00 lebih. Pemandangan yang tidak biasa pada pertemuan kali ini adalah motivasi besar para guru untuk membeli buku-buku berbahasa Jawa karya Sri Satya Tjatur Wisma Sasangka  yang berjudul “ Parama Sastra Gagrag Anyar Basa Jawa” dan “ Unggah-Ungguh Bahasa Jawa” terbitan Yayasan Paramalingua. Semoga hal ini menjadi indikasi bangkitnya lagi respon dan motivasi guru untuk terus belajar dan mengembangkan diri. Harapan lebih lanjut tentu dapat ikut melestarikan dan mengembangkan bahasa dan budaya Jawa.(Eko Hastuti)

OSIS Peringati Maulid Nabi Muhammad SAW



Wonosobo – Untuk meningkatkan iman dan taqwa dalam kehidupan beragama sebagai perwujudan karakter Islami, OSIS SMPN 1 Wonosobo menggelar acara peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW. Acara yang digelar di halaman sekolah pada hari Selasa, tanggal 5 Febuari 2013 lalu diikuti oleh seluruh siswa, bapak ibu guru dan staf TU. Tepat jam 08.00 pra acara dimulai dengan penampilan Dai terbaik yang telah dilombakan sebelumnya, LCC antar kelas pararel yang masuk final dan penampilan peserta fashion show . Masing-masing kelas mewakilkan satu pasang peserta dengan  mengenakan baju muslim. 
Dengan lincah dan sedikit malu-malu, beberapa pasang peserta fashion show menampilkan kekompakan dalam bergaya. Walau tidak jarang, ada peserta yang kelihatan canggung, namun yang luwes berlengak-lenggok layaknya peragawa dan peragawati juga banyak.  Total peserta fashion show ada 21 pasang. Ada pun jenis lomba yang diadakan adalah lomba Adzan, Hijab, Qiro,ah, Pemilihan Da’i Remaja, LCC PAI dan Melukis Kaligrafi. Para pemenang lomba ini mendapat hadiah dari sekolah pada akhir perayaan.


“ Karakter Nabi Muhammad SAW yang baik dan mulia agar dapat diteladani oleh siswa-siswi SMPN 1 Wonosobo serta  warga sekolah lainnya” kata Jendra Luqman selaku ketua OSIS disela-sela laporannya  sebagai Ketua Panitia. Sementara M.Kholemi selaku Wakil Kepala Sekolah berharap agar kegiatan kali ini benar-benar dapat mewujudkan tema dan tujuan yang  ingin dicapai, jangan hanya sebagai kegiatan rutin tahunan saja. Setelah tampil beberapa lagu nuansa Islami oleh perwakilan guru dan siswa, acara inti Hikmah Maulid Nabi yang disampaikan oleh  Almuharom Abdullah Maksum M.Pdi Al-Hafidz. Dalam tauqiah, beliau mengingatkan bahwa pengajian ini akan berguna bila dilakukan tiga hal, yakni dipahami, dikaji dan dilaksanakan. Pesan yang disampaikan oleh Abdullah Maksum antara lain, siswa muslim dapat meningkatkan iman dan taqwa dengan menegakan sholat, bersikap sopan dan patuh kepada orang tua dan guru, rajin beribadah, dan pandai bersyukur atas nikmat yang telah Allah limpahkan selama ini. 

Sebelum acara usai, tampil Group Rebana Yunior Spensa dengan beberapa lagu Islami. Tepat jam 14.00WIB, Erina dan Satya selaku MC  menutup  acara dengan bacaan Hamdalah bersama-sama para hadirin. Sementara itu, pelantun Ayat Suci Al-Qur’an dan terjemahannya dibawakan oleh Hasna Imtiyaz dan Alfandi Lutfi dengan suara merdu. Acara pun berjalan lancar, meksi sedikit molor dari jam yang telah direncanakan. Selamat kepada segenap panitia yang telah sukses menyelenggarakan acara di bawah bimbingan Pembina OSIS (Totok Usman Riyanto) dan Waka Kesiswaan (Sutikno). Spensa Jaya, luar biasa!! (Eko Hastuti)

Senin, 04 Februari 2013

MEMBILANG WAKTU

Detik terus melaju
Jarum jam berirama
Berlagu dalam kejaran waktu
Berlari dan berlari
Kencang meninggalkan hari
Yang sekejab lagi berganti
Menambah atau mengurangi
Itu sama dalam bilangan umur

Tlah kurengguk barang seteguk asa
Di antara tebaran impian dan cita
Membara kala nafas-nafas suka bertaburan
Berhimpitan dalam barisan fakta
Mengais luka, menggulung mendung
Dan mengharap hujan sekedar gerimis
Bukan deras mengguyur

Meski kata tak terucap
Namun doa kupanjatkan dalam dekap
Malam mengikis cahya rembulan
Menyongsong embun pagi
Yang enggan bergoyang di ujung-ujung daun
Menetes perlahan dalam bulir permata
Membinar di puncuk tuk menggelinding bersama angin

Dan saat mentari nampak di punggung bukit
Menerobos gumpalan awan hitam
Menyembul di antara sela-sela daun
Dalam dendangan cahya keemasan
Bermandikan kehangatan
Ku tahu, itu menggenapkan angka menjadi empat puluh tujuh

Maka, hanya puji syukur yang mampu
Ku panjatkan pada-Mu
Atas umur yang telah kau panjangkan
Terima kasih Tuhan, Engkau Maha Segala
Kubersimpuh memohon maaf-Mu atas segala dosa
Jadikan hidupku lebih bermakna dan berwarna

Manggisan Asri , 3 Februari 2013

Selasa, 29 Januari 2013

ISO 9001 : 2008 Tetap Jalan


Mustangin sedang memberikan sambutan

Wonosobo – “ Terima kasih, ternyata system managemen mutu di SMPN 1 Wonosobo sangat bagus. Atas nama PT Global, saya tetap merekomendasikan SMPN 1 Wonosobo dapat menggunakan ISO 9001 : 2008” kata Riscentia Wandira Weksa, auditor ISO pada penutupan Audit Eksternal, Selasa, 29 Januari 2013 di Ruang Multi Media SMP1 Wonosobo. Pernyataan tersebut sangat membanggakan guru dan karyawan mengingat status RSBI tinggal beberapa bulan lagi. 
Audit bagian kurikulum
Artinya walau SMPN 1 Wonosobo tidak menyandang predikat sebagai RSBI lagi namun semangat untuk mempertahankan dan meningkatkan managemen mutu terus diupayakan, dan berhasil. Seperti diakui Kadin Dikpora Kabupaten Wonosobo, Mustangin, S.Pd, M.Si bahwa tingkat kedisiplinan dan kualitas SMPN 1 Wonosobo sudah beliau rasakan saat dulu jadi siswa SMP 1. Diharapkan oleh Mustangin, hilangnya RSBI tidak berpengaruh terhadap mutu layanan. “ Kelasnya tetap sekelas RSBI meski ada pengurangan dana” pesannya. “ Kalau audit internal beres, insyaalloh audit eksternal lebih baik. Seperti nilai ujian nasional di SMP 1 Wonosobo, lebih tinggi dari pada nilai raport. Itu cerminan bahwa sekolah maju” imbuhnya.
Tim ISO SMP 1 foto barsama Auditor PT Global
Audit ISO tahun 2013 ini merupakan audit pengawasan kedua. Dilaksanakan untuk memastikan penerapan managemen ISO 2008 apakah masih ada di SMPN 1 Wonosobo atau tidak. Untuk memotret data tersebut, auditor melakukan wawancara langsung dengan pihak yang bersangkutan. Auditor juga melihat data sebagai bukti sudah melakukan kegiatan. Sedangkan data diambil secara sampling. Apabila ada temuan, jangan dijadikan hambatan tapi sebagai masukan tentang system di SMP1 Wonosobo. Pelaksanaan audit yang dimulai sekitar jam 09.00 WIB di bawah pantauan Kadin Dikpora Kabupaten Wonosobo, Kabid Pendidikan SMP (Slamet Faizi, M.Si), Pengawas SMP (Hari Subardo, S.Pd, MM) dan Ketua Komite Sekolah (Rustanto AL) ini berakhir jam 17.00 lebih.
Warga spenza foto bareng usai closing meeting
Kesungguhan Top Managemen (Parwanto, S.Pd, MM.Pd) untuk tetap berkomitmen menjadi sekolah unggul dan terbaik di Kabupaten Wonosobo, disambut tepuk tangan meriah oleh segenap warga sekolah. Apalagi pujian auditor di acara closing meeting bahwa pelaksanaan audit yang lebih cepat dari tahun berikutnya, sebagai cerminan kalau dokumennya lebih lengkap. Sasaran mutu juga sudah bagus. Hanya ada beberapa temuan minor di bagian Humas, BK, TU, dan Pengelola Lab. Bravo Spenza Jaya, luar biasa!!(eko Hastuti)

Membawakan Suatu Acara dan Pidato



Kelompok sedang perkenalan untuk membawakan acara

Salah satu materi pembelajaran bahasa Indonesia kelas 8 semester 2 tahun pelajaran 2012/2013 adalah membawakan suatu acara. Materi ini tidak cukup hanya memahami dan mengetahui tentang seluk- beluk membawakan acara saja. Namun diharapkan siswa juga memiliki kompetensi dalam membawakan acara dan pidato. Kenapa harus dengan pidato, karena rangkaian suatu acara tidak lepas dari pidato atau penyuluhan. Untuk itu, bagi siswa kelas 8F dan 8G SMPN 1 Wonosobo dalam beberapa tatap muka pada minggu kemarin telah melaksanakan kegiatan  tersebut.
Gaya Satya saat berpidato
Banyak kelucuan saat siswa praktek membawakan acara dan pidato. Meski acara dikemas dalam satu paket secara berkelompok, namun peran anggota kelompok sangat berbeda baik segi gaya, isi, maupun ekspresi. Bagi yang telah mempersiapkan dengan baik, nampak PD saat tampil di depan kelas. Namun sebaliknya, siswa yang belum siap, masih canggung bahkan grogi. Gaya orator dengan memegang meja tanpa sadar banyak dilakukan siswa.
Ekspresi peserta penyuluhan yang ditampilakan oleh Hani Cs
Gaya unik lain antaranya memasukkan salah satu tangan di saku, posisi istirahat dengan tangan di belakang, ngapurancang, memegang bolpoint, memegang ikhtisar pidato, dan lain-lain. Demikian juga dengan penampilan pembawa acara, sangat beragam. Dari segi penggunaan bahasa, ada yang lancar ada yang tersendat karena lupa. Pendengar pun menampakkan antusiasme yang berbeda. Siswa yang aktif akan memberi tanggapan di akhir acara atau mengajukan pertanyaan kepada kelompok yang tampil. 
Salah satu sikap berpidato yang belum benar
Kelompok pun akan menanggapi dengan sungguh-sungguh sesuai peran masing-masing. Apabila dinikmati dengan senang, pembelajaran membawakan acara bisa juga menyenangkan dan mengasyikkan. Semua tergantung pada sikap guru dan siswa saat berlangsungnya pembelajaran. Apalagi kalau ditinjau dari kemanfaatannya dalam pembentukan karakter siswa. Dengan belajar membawakan acara dan pidato secara kelompok dapat menjadi ajang keberanian tampil di muka umum, berlatih mengajukan pertanyaan, menanggapi pertanyaan, menjadi pendengar yang baik, dll. Intinya banyak karakter terbentuk dari pembelajaran ini, seperti berani, jujur, tanggung jawab, sportif, teliti, cermat, kerja sama dan sebagainya.  Jadi, sangat disayangkan bila pembelajaran membawakan acara hanya  sekedar  teori  saja. (eko hastuti)