memandangmu tersayat sembilu
teriris tajam dalam menghujam
menggoreskan luka menganga
hampa di dada
teriris tajam dalam menghujam
menggoreskan luka menganga
hampa di dada
ke mana lagi kan bersembunyi
rumah telah tergerus nafsu-nafsu rakus
pemuja harta penggali bumi
mengeruk menggaruk tempat berpijak, beranak-pinak
kau injak dan gasak
hingga luluh lantak
rumah telah tergerus nafsu-nafsu rakus
pemuja harta penggali bumi
mengeruk menggaruk tempat berpijak, beranak-pinak
kau injak dan gasak
hingga luluh lantak
kau benar-benar tak peduli
tutup mata, telinga dan hati
kau renggut semua
tinggal jurang-jurang kau sisakan
juga lubang-lubang dalam, mengerikan
yang kau goreskan dengan keserakahan
tutup mata, telinga dan hati
kau renggut semua
tinggal jurang-jurang kau sisakan
juga lubang-lubang dalam, mengerikan
yang kau goreskan dengan keserakahan
anak cucu kelak tak kan tergelak
riang bercanda di tanah lapang
di bawah rindangnya daun-daun
bergelimpangan di semak belukar
apalagi berkelakar
karena tanah sekeliling telah terbakar matahari
terpanggang di sisa-sisa galian keji
hanya lubang-lubang maut
bertebaran di setiap sudut
riang bercanda di tanah lapang
di bawah rindangnya daun-daun
bergelimpangan di semak belukar
apalagi berkelakar
karena tanah sekeliling telah terbakar matahari
terpanggang di sisa-sisa galian keji
hanya lubang-lubang maut
bertebaran di setiap sudut
teganya kau kebiri jiwa-jiwa renta
yang tak kuasa berkata dan tak berdaya
menahan ulah sang perkasa
yang tak kuasa berkata dan tak berdaya
menahan ulah sang perkasa
Manggisan Asri, 31 Maret 2015
Tidak ada komentar:
Posting Komentar