Selasa, 07 April 2015

PEREMPUAN RENTA


Pagi ini tak terdengar lagi
suara renyah si perempuan renta
menawarkan dagangan punya tetangga
menerabas dinginnya pagi
tuk mengais rezqi tak seberapa
senyumnya mengembang, sapanya hangat
menjalani roda kehidupannya yang berat
tetap semangat meski berpeluh keringat
siang nanti pun tak kutemui
wajahnya yang berkerut tangannya yang keriput
terus berjalan menawarkan jasa
memijat badan-badan lelah
tubuh-tubuh kaku
dengan sisa tenagamu yang semakin beku
tuk meretas nasibmu yang kelu
sore menjelang pun tak lagi terlihat bayangmu
melintas barang sekejab
melenggang barang sesaat
bercengkerama di beranda depan
bercanda dengan tetangga agar hidup terasa berwarna
memerahkan hitam kusam yang terus menerpa
dan menjelang malam
kau seakan lenyap ditelan gelap
setelah kau sebrangi lautan dan lintasi batas pulau
tuk menyambut kehangatan cinta
anak-anakmu yang masih rindu ibu
rindu senyum tawa dan ceria di sisa hidupmu
dekaplah erat cintamu
enyahkan duka lara di sebrang sana
biarlah pelajaran hidup yang kan berkata
bahwa kehidupan itu harus diperjuangkan
tidak sekedar bisa mengumpat dan berharap
tidak cukup dengan duduk berpangku tangan
sadarlah, cinta ibu di kandung badan
kenapa cintanya kau sia-siakan
sesalmu tak kan habis sampai akhir zaman
inilah kehidupan
Manggisan Asri, 5 Februari 2015

Tidak ada komentar: