Selasa, 07 April 2015

BERCERMIN DARI BENINGNYA AIR

Andai mau berbagi ruang denganmu. Mungkin petaka tak datang bertubi. Andai membiarkanmu menyelinap dalam ruas-ruas tanah. Bersemayam di bawah rimbunnya dedaunan. Bercanda di sela-sela akar yang kokoh menggurita hingga mencengkeram dan menghujam. Mungkin bencana tak kan menelan harta benda dan puluhan nyawa.
Desember ini menjadi saksi. Kepongahan dan keserakahan tlah berbuah duka. Seperti saat dibabat habis hutan-hutan belantara. Saat dibiarkan mata air mengering tanpa dosa. Hamparan tebing berganti peran. Bukan tempat bersarang bulir-bulir air resapan. Tapi tumbuh rumah-rumah dan lahan olahan.
Setiap tetes jatuh menggores peluh. Menggetarkan jiwa-jiwa rapuh. Akankah membiarkan alam terus mengeluh. Menggerus hutan ladang hingga garang. Bersama derasnya lajumu, meliku tak tentu. Hingga menerjang semua dengan senang dan riang. Untuk memberi pelajaran agar hidup lebih arif. Mau berbagi dan peduli. Ataukah mengaduh dalam umpatan dan saling menyalahkan.
Apa pun yang dipilih, semua sudah terjadi. Mungkin kehendak Tuhan sebagai pelajaran. Mungkin juga jadi bukti keagungan yang tlah disangsikan. Hanya Allah yang tahu. Mari segera memohon dan berdoa. Petaka ini segera berakhir. Hingga rintik-rintiknya kembali indah didengarkan. Derasnya bak nyanyian merdu yang didendangkan.
Air tetaplah jernih. Kilaunya memancarkan pesona kesucian. Jikalau kini keruh bercampur lumpur. Tentu bukan takdir yang ditentukan demikian. Mari bercermin dari beningnya yang menyiratkan sumber kehidupan. Jangan biarkan berubah warna hingga keruhnya menderai air mata berkepanjangan.
(Semoga segenap sanak keluarga yang tertimpa bencana di Banjarnegara dan Wonosobo diberi kekuatan, ketabahan, kesabaran, dan keikhlasan. Para korban yang meninggal semoga diterima disisi-Nya dalam kesucian. Amin)
Manggisan Asri, 13 Desember 2014

Tidak ada komentar: