Selasa, 04 Oktober 2011

Mengapa Harus Menulis?

Menulis bagi sebagian orang menjadi kegiatan yang tidak menarik. Di samping membosankan atau menjenuhkan, menulis bisa jadi menyulitkan. Hingga anggapan bahwa menulis itu tidak gampang diiyakan oleh kebanyakan orang. Tentu hal ini menjadi kerpihatinan tersendiri ketika fenomena ini juga menggejala di sebagian besar siswa yang notabene sebagai generasi penerus bangsa. Menulis ketika belum dipahami sebagai aktifitas otak dan hati, terkesan sebagai kegiatan yang sepele atau tidak penting. Padahal betapa pentingnya menulis bagi peradaban manusia telah diakui dunia menjadi kebutuhan vital bagi kemajuan suatu generasi dan negeri. Apabila tidak ada aktifitas menulis, dunia akan diselimuti kegelapan dan stagnan.
Tidak ada sejarah, tidak ada budaya, tidak ada ilmu pengetahuan yang dapat diturunkan untuk kemajuan dunia, sehingga dunia menjadi gelap gulita. Dari menulis munculah buku-buku, majalah, Koran, jurnal, tabloid, dan karya tulis bentuk lainnya sebagai curahan ide/gagasan/ pendapat/pikiran atau perasaan sebagai hasil olah pikir dan olah hati manusia. Buku menjadi penting bagi kehidupan manusia. Dengan membaca buku,  ilmu kita bertambah, wawasan kita luas, dan perasaan kita jadi lapang karena buku dapat mendewasakan pembacanya.
Begitu pentingnya buku, Bung Karno mengatakan “ Buku bisa membuat pembacanya melanglang ke berbagai belahan dunia”. Di kalangan perguruan tinggi / universitas menulis menjadi budaya ilmiah kampus. Bahkan bisa dibilang menulis menjadi makanan sehari-hari. Kebiasaan menulis akan membangun dan membuka akses yang dapat meningkatkan citra kampus. Oleh karena itu, budaya menulis di kampus harus terus ditumbuhkan dan ditingkatkan agar menjadi trade mark sebagai PT/Universitas yang berkualitas. Zaenal Abidin dalam hal ini mengatakan kalau “ Eksistensi beberapa PT/Universitas terkemuka di Indonesia mampu eksis dan berkembang pesat berawal dari banyaknya dosen atau guru besar yang mempunyai kebiasaan menulis di media massa“.
Namun, sekarang ini kebiasaan membaca sangat  kurang karena masyarakat lebih akrab dengan audiovisual. Padahal kemampuan menulis sangat didukung oleh kegemaran membaca. Membaca ibarat memberi  vitamin bagi otak. Orang yang suka membaca akan lebih banyak ide/imajinasi dapat dituangkan dalam bentuk tulisan. Membacalah sebanyak-banyaknya agar tulisan kalian lancar dan segar.

“Life is like a beautiful melody, only the lyrics are messed up”  (Hidup itu ibarat lagu yang indah, yang buruk adalah  liriknya). Ungkapan bijak itu mungkin sangat cocok dengan artikel ini. Artinya kita harus mensyukuri akan karunia Tuhan yang terlimpah pada kita, hendaknya kita isi hidup ini dengan berperilaku, berbuat, berkarya yang baik. Ingat, “ Life  isn’t  about  finding yourself. Life is abot creating yourself”  (Hidup bukan soal menemukan diri, melainkan membentuk diri). Ayolah isi hidup kita dengan berkarya, termasuk menghasilkan karya dari kegiatan menulis. (Ekohastuti)

Tidak ada komentar: