Judul artikel tersebut merupakan kesimpulan dari kegiatan
pembelajaran bahasa Indonesia pada siswa di SMPN 1 Wonosobo,
khususnya kelas 8 F dan 8G. Pada awal semester 2 tahun ajaran 2011/2012 ini,
terdapat beberapa KD yang mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. KD
(Kompetensi Dasar) tersebut adalah 1) menemukan pokok-pokok berita; 2)
menemukan masalah utama dari berbagai berita; 3) menulis berita secara singkat,
padat, dan jelas; 4) mengungkapkan informasi dalam bentuk teks berita.
Sepintas KD-KD tersebut kelihatan
kurang menarik untuk bahan pembelajaran. Apalagi pada aspek menulis berita,
bisa jadi siswa kurang tertarik karena selama ini menulis menjadi pembelajaran
yang menjemukan. Guru pun akan kesulitan bila tidak bisa memilih strategi yang
tepat. Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran bahasa khususnya menulis
berita sangat mengasyikkan. Artikel ini sekedar berbagi pengalaman saja, mungkin
bermanfaat bagi teman guru bahasa lainnya.
KD 1 dan KD 2 dapat dijadikan satu
paket pembelajaran. Untuk KD satu, guru membagi siswa dalam kelompok kecil/2
orang setiap satu kelompok. Masing-masing kelompok disuruh mengambil satu
bendel koran koleksi perpustakaan sekolah (diutamakan edisi terbaru). Kelompok
membaca koran sepintas lalu saja, boleh judul-judulnya saja. Kemudian kelompok
memilih satu topik berita yang menarik perhatiannya, dengan ketentuan : hangat,
singkat, penting, aktual, dekat dan bermanfaat bagi orang lain. Setelah membaca
berita tersebut, lalu kelompok menentukan unsur-unsur berita yang meliputi 5W +
1H (What, Who, When, Where, Why, and How). Pada dasarnya, pokok-pokok berita
merupakan jawaban atas pertanyaan yang terdiri dari 5W + 1H tersebut. Setelah
pokok-pokok berita ditemukan, kelompok disuruh mengembalikan koran di tempat
semula. Kelompok lalu merangkai kembali pokok-pokok berita menjadi berita baru
dengan kata-kata sendiri atau dengan pola penulisan berita yang berbeda dengan
pola sebelumnya. Kegiatan selanjutnya adalah menyampaikan hasil diskusi di
depan kelas. Kelompok lain boleh bertanya, menanggapi, atau berkomentar terhadap
penampilan kelompok penyaji. Pada kegiatan ini, kelompok yang kurang cermat
dalam menemukan pokok-pokok berita dan kurang lengkap dalam menuliskan kembali
berita, akan dengan mudah ditanggapi oleh kelompok lain. Entah itu berupa pertanyaan,
tanggapan/komentar, maupun kritik dan saran. Hal tersebut akan berdampak
positif karena menyadarkan bahwa tim penyaji kurang cermat dalam membaca
berita, misalnya waktunya belum disebutkan, sebab-sebab terjadinya peristiwa
lupa tidak ditulis, atau kekurangan lainnya.
Untuk memperdalam pemahaman siswa
dalam menentukan pook-pokok berita, siswa ditugaskan di rumah (PR) untuk mendengarkan sebuah berita
melalui radio/TV secara bebas. Maksudnya, topik beritanya, canel TV-nya, atau siaran radionya,
dan waktunya kapan pun. Yang penting siswa secara perorangan, mencermati berita
yang didengar untuk lebih mengetahui
pokok-pokok beritanya dan mampu
menuliskan kembali berita dengan bahasa dan pola sendiri. Tidak lupa, siswa
disuruh mencantumkan sumber berita, (topik, canel, jam, dan nama penyiarnya).
Kemudian siswa disuruh menentukan masalah utama dari berita tersebut.
Sampai pada KD yang ketiga, yakni menulis
berita secara singkat, padat, dan jelas. Siswa bekerja dalam kelompok sedang (3
orang/kelompok) untuk kembali berdikusi dalam menentukan topik berita yang akan
dibuat. Dalam waktu 15 menit, kelompok menentukan topik, memilih nara sumber,
dan menyiapkan daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara. Setelah itu,
kelompok boleh meninggalkan ruang diskusi untuk mecari berita di sekitar
lingkungan sekolah. Salah satu kelompok dipinjami kamera sekolah untuk
mengambil gambar berita secara bergantian dengan kelompok lainnya. Kurang lebih
30 menit, kelompok mulai masuk ruang kelas untuk bersama-sama menulis berita
berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Guru
memantau dan membimbing kelompok yang masih kesulitan. Pada pembelajaran
pertemuan kedua tersebut, pekerjaan tidak harus dikumpulkan karena hasil berupa
berita dikirim ke blog pembelajaran yang sudah disiapkan guru. Untuk merangsang
siswa cepat mengirim tugas di blog, guru memberi bonus nilai bagi 5 pengirim
tercepat. Dengan rangsangan ini, kelompok lalu berlomba mengerjakan tugas
dengan cepat dan baik.
Blog membuat mudah belajar menulis
Pendapat Gola Gong (2008) bahwa, “ Adanya blog membuat belajar menulis menjadi lebih mudah dan menyenangkan” memang benar. “Menulis di blog saat ini ibarat menulis diary di masa lalu. Bedanya, blog adalah diary yang online dan bisa dibaca siapa saja” imbuh Gola Gong.
Pembenaran tersebut tidak begitu saja
diucapkan, karena telah melalui proses pembelajaran yang dibuktikan dengan
hasil yang cukup memuaskan. Beberapa berita yang ditulis siswa layaknya liputan
seorang jurnalis/wartawan. Masing-masing kelompok mempunyai kepekaan
permasalahan tersendiri. Walaupun obyeknya sama ternyata permasalahan utama
yang diberitakan berbeda. Misalnya, liputan tentang Alun-Alun Wonosobo. Ada
yang menulis tentang kebersihannya, ada yang mempermasalahkan fasilitasnya yang
kurang terpelihara (khususnya Paseban), ada yang mengangkat manfaat Alun-Alun bagi
masyarakat, dan liputan kuliner di seputar Alun-Alun Wonosobo. Ada juga yang
rela berjalan jauh di Perpusda Wonosobo untuk melakukan wawancara tentang rehap
gedung Perpusda (yang untuk sementara menempati Gedung Korpri). Bahkan ada yang
mencapai Pasar Induk, untuk mewawancarai penjual durian. Oh ya, ada yang
tertarik meliput kegiatan pembangunan gang di kampungnya yang dilakukan secara
gotong royong oleh warga, kebetulan salah satu siswa dalam kelompok itu tinggal
di kampung dekat sekolahan (SMPN 1 Wonosobo).
Menulis berita teryata tidak sekedar
melatih dan meningkatkan keterampilan menulis saja. Ada karakter positif yang
terbangun dari kegiatan itu, seperti melatih keberanian, kejujuran, kerja sama,
dan orsinalitas ide yang dituliskan. Dengan dipampangkan di blog, juga
membentuk karakter cermat, teliti, dan hati-hati. Blog bisa dibaca siapa saja
dan kapan saja. Bila tulisan kita jelek, bahasanya kurang baik, dsb tentu akan
dikomentari orang secara langsung. Hal tersebut tentu melatih rasa keberanian
untuk bertanggungjawab. Namun, apabila menulis di blog sudah menjadi kebiasaan,
menulis akan menjadi mudah dan lancar. Ingat kata Gola Gong, “Menulis itu bukan
bakat, tapi usaha yang terus diasah. Menulis bukan pekerjaan para dewa,
karenanya semua orang juga bisa menulis. Tetapi tetap ada syaratnya, untuk
menjadi penulis itu jiwa dan pikiran kita harus terisi penuh oleh sumber bacaan
dan pengalaman”. Nah, lo benar kan, sebelum siswa menulis harus terjun ke
lapangan untuk mendapatkan data baik itu observasi atau wawancara kepada sumber
berita.
Presentasi ‘Menulis Berita’ juga
mengasyikkan
Untuk mencapai KD keempat, yakni
mengungkapkan informasi dalam bentuk teks berita, pembelajaran dikemas dengan
model presentasi. Masing-masing kelompok bergantian mempresentasikan hasil
kerjanya di depan kelas. Guru membantu menyiapkan materi dengan memampangkan
berita yang sudah masuk di blog guru. Siswa dalam kelompok, tinggal berbagi
tugas. Ada yang menjadi moderator, ada yang menyampaikan berita, dan ada yang
bertugas menjawab/menanggapi pertanyaan/komentar dari kelompok. Guru tinggal
memantau dan menilai keaktifan siswa dalam berdiskusi. Akhirnya, dua jam
pembelajaran selesai tidak terasa. Bahkan siswa berteriak ketika bel ganti
pelajaran berbunyi, “Aaa….waktunya habis!” Nampak ada penyesalan karena masih
ingin berdiskusi.
Gimana komentar siswa di akhir
pembelajaran menulis berita? Mungkin itu pertanyaan yang muncul di benak para
pembaca. Kata Paramita Nur Sabilla, “Pembelajaran lebih mudah dimengerti karena
praktek langsung di lapangan. Suka, Bu”. Titis Tresnawati menambahkan, “menyenangkan,
menarik, dan menumbuhkan kreativitas siswa. Pokoknya jadi lebih mudah”. Calse
Ratnasari Soegiarto yang berkelompok dengan Novia Putri Pertiwi meliput rehap
gedung Perpusda Wonosobo mengatakan, “ Baik. Menambah ilmu dalam menulis
berita. Senang aja kerja bareng temen”. Meski harus bersusah payah wawancara,
nulis berita dan mengirim ke blog, kata Novia, “Ngga apa-apa Bu, kan jadi
mudeng (mengerti)”. Wilda yang meliput latihan Tari Sindhung Lengger untuk
persiapan menyambut tamu dari SMPN 2 Gubug Grobongan, mempunyai kesan
tersendiri, “Asyik, kerja kelompok di lapangan. Senang karena bisa melatih
kejelian dalam menggali berita. Saya jadi peduli dengan lingkungan khususnya
dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita”. Rameez Ali Surya Negara, satu-satunya
cowok yang sempat saya tanya, juga menjawab hampir sama, “ Senang, jadi lebih
tahu dan lebih mudah menangkap informasi. Tulisan saya jadi rapi, Bu, kan bisa
dibuat rata kanan kiri” jawabnya mantap.
Srategi pembelajaran memang tidak
bersifat statis. Maksudnya, belum tentu dalam KD yang sama selalu berhasil
dengan strategi yang sama pula. Perbedaan iklim kelas , kondisi siswa,
fasilitas yang ada, dan lingkungan sekolah, memungkinkan perlunya strategi
pembelajaran yang tepat. Artinya,
strategi pembelajaran ini mungkin tidak sesuai dengan kondisi sekolah lainnya. Karena
itu, di bagian awal, penulis menekankan bahwa artikel ini sekedar berbagi
pengalaman saja, bukan merekomendasikan untuk menggunakannya. Terima kasih
telah membaca. (Eko Hastuti)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar