Minggu, 22 Januari 2012
Meski harus menunggu cukup waktu, tapi tak mengapa. Terima kasih banyak, sudah mau
mampir ke rumah (Wonosobo). Maaf ya, kalau kenangan hari Minggu lalu kutulis di
sini. Kalau lewat facebook, takcukup untuk menuangkan uneg-uneg sebanyak ini.
Yah, perjumpaan sekejab berlalu begitu singkat. Banyak cerita yang belum
tersampaikan, banyak pertanyaan yang belum terjawab. Namun, pertemuan sekilas rasanya
bisa mengobati rasa kerinduan persahabatan yang pernah terjalin waktu di Yogya
dulu. Suka duka saat menempuh kuliah (1984-1988) seakan terkuak lagi.
Susah-payah mengerjakan tugas, kesulitan demi kesulitan mengeja Aksara Jawa, berpidhato berbahasa krama alus, membuat makalah tentang sastra dan budaya Jawa, oh ya, hem..Bahasa Sangsekerta, yang cukup rumit, Bahasa Arab..ah jadi ingat Bu Umi. Bahasa Inggris (kebetulan minornya Bahasa Inggris). Ah, semua jadi muncul satu persatu. Pak Mukidi (almarhum) lucunya seakan terdengar lagi, gerak-geriknya saat menyampaikan kuliah (yang unik dan lucu) nyata hidup dalam angan-angan. Bu Harti, maafkan aku kalau dulu (dianggap bandel waktu kuliah, hingga aku diberi nilai jelek), tapi alhamdulilah setelah mengikuti kuliah lagi dapat nilai B. Bu Endang, dosen pembimbingku yang tegas dan disiplin. Meski kadang sok takut-takut menghadap saat bimbingan maupun ketika pengisian KRS, tapi akhirnya aku tahu juga kalau itu dalam rangka menempa mental kami agar tegar menghadapi berbagai aral nan melintang di lika-liku jalan kampus. Bu Umi, Pak Hardiyanto, Pak Sukimin, Bu Endah, Pak Asia…terima kasih atas semuanya. Ilmu yang tertanam, akhlag yang terukir di dasar sanubari, dan motivasi belajar yang selalu membara tuk meraih prestasi nyata pula membekas di lubuk hati. Terimakasih Bapak Ibu dosenku yang dengan sabar dan bijaksana telah menghantarkan kami jadi orang yang berguna bagi nusa bangsa. Bapak Ndaru Suprapta (Dosen Sastra Jawa dari UGM) dan Bapak.….ah, maaf (hampir 26-27 tahun) telah mengaburkan ingatan akan nama Dosen, nama teman dan seribu kenangan. Maafkan aku, bukannya aku dengan mudah melupakan semua, tapi memang sebatas itu kemampuanku mengingat masa-masa lalu.
Susah-payah mengerjakan tugas, kesulitan demi kesulitan mengeja Aksara Jawa, berpidhato berbahasa krama alus, membuat makalah tentang sastra dan budaya Jawa, oh ya, hem..Bahasa Sangsekerta, yang cukup rumit, Bahasa Arab..ah jadi ingat Bu Umi. Bahasa Inggris (kebetulan minornya Bahasa Inggris). Ah, semua jadi muncul satu persatu. Pak Mukidi (almarhum) lucunya seakan terdengar lagi, gerak-geriknya saat menyampaikan kuliah (yang unik dan lucu) nyata hidup dalam angan-angan. Bu Harti, maafkan aku kalau dulu (dianggap bandel waktu kuliah, hingga aku diberi nilai jelek), tapi alhamdulilah setelah mengikuti kuliah lagi dapat nilai B. Bu Endang, dosen pembimbingku yang tegas dan disiplin. Meski kadang sok takut-takut menghadap saat bimbingan maupun ketika pengisian KRS, tapi akhirnya aku tahu juga kalau itu dalam rangka menempa mental kami agar tegar menghadapi berbagai aral nan melintang di lika-liku jalan kampus. Bu Umi, Pak Hardiyanto, Pak Sukimin, Bu Endah, Pak Asia…terima kasih atas semuanya. Ilmu yang tertanam, akhlag yang terukir di dasar sanubari, dan motivasi belajar yang selalu membara tuk meraih prestasi nyata pula membekas di lubuk hati. Terimakasih Bapak Ibu dosenku yang dengan sabar dan bijaksana telah menghantarkan kami jadi orang yang berguna bagi nusa bangsa. Bapak Ndaru Suprapta (Dosen Sastra Jawa dari UGM) dan Bapak.….ah, maaf (hampir 26-27 tahun) telah mengaburkan ingatan akan nama Dosen, nama teman dan seribu kenangan. Maafkan aku, bukannya aku dengan mudah melupakan semua, tapi memang sebatas itu kemampuanku mengingat masa-masa lalu.
Dalam rentang waktu yang cukup
panjang, kuhirup aroma sedap dan dendang lagu merdu yang terdengar. Temanku
yang lulus tercepat (Suwarna) telah memanjangkan namanya dengan Profesor. Maaf
Prof, kalau kusebut di sini. Bukan apa, sekedar turut bangga dan bahagia atas
prestasi yang luar biasa itu. Semoga menjadi guru besar yang sabar, bijaksana,
tapi tetap bersahaja. Temanku yang lulus terbaik (wisuda tahun 1990 bulan
Februari, Suwardi) mungkin sudah menyandang gelar Doktor sudah lama. Semoga
pula menjadi dosen yang sabar, bijaksana, dan bersahaja. Warih Jati Rahayu, hem…
telah meraih segudang prestasi yang luar biasa. Berhasil mencapai golongan IVD
(baru dua orang se-Indonesia) dan menjadi Kepala Sekolah. Buku-buku yang terbit
takbisa dihitung dengan jari lagi (konon sudah 87 judul). Selamat, selamat! Temanku
yang lucu dan bertubuh gempal waktu itu, Basuki, selamat ya Pak Basuki, sudah
jadi mandor di sebuah SMP di Madiun sejak 2009. Semoga menjadi lead manager yang
berprestasi, dan bersahaja. Teman-temanku yang lain: Heru Wardani, Marjito, Komar, Siyamto, Timbul
WJ, Wiwik Handayani, Yutirin Yuliana, Widati, Septi, Ning Sumarsih, Waris,
Prayitna, Suman, Harti, Agnes, Lis, Heni, Munif Wahyudi, Paulus, Sulistyowati,
Suratinem, dan …maaf yang belum disebut di sini. Penyebutan nama tanpa
embel-embel gelar dan sapaan hormat (Mbak/Mas/Pak/Bu) sekedar mengingatkan
masa-masa persahatan dulu. Maaf seribu maaf,bila hal ini tidak berkenan di benak
teman-temanku semua. Aku, waktu itu (masa
kuliah) memang bukan apa-apa. Tidak punya prestasi, tidak punya nyali untuk
mewarnai hari-hari perjuangan meraih gelar sarjana, dan tidak bisa berbagi apa
pun kepada semua. Aku juga takpandai membawa diri hingga mungkin sekali waktu
menyakiti teman, mengecewakan kawan, dan mungkin mengingkari perjanjian. Yah,
semua telah berlalu, hanya permohonan maaf yang bisa kusampaikan semoga
terkabulkan.
Memang, prestasi hidup tidak
sekedar tercermin dari tingginya gelar dan jabatan, banyaknya harta benda yang
terkumpulkan, luasnya kabar prestasi yang tersiarkan, dan medali/piala yang
berderet dalam pajangan. Yang hakiki adalah ketika kita menjadi pribadi yang
menawan, mau berbagi dengan siapa saja yang membutuhkan, bermanfaat bagi orang
lain, berguna bagi nusa bangsa dan agama, dan mau belajar untuk terus maju
menempa otak dan hati. Semua yang kita dapat dan kita miliki, merupakan karunia
Illahi yang harus kita syukuri. Bukan untuk yang lain karena semua itu titipan
Tuhan.
Ungkapanmu via facebook beberapa
waktu lalu, “sing jenenge pangkat, drajad iku sampiran... dene jodho, lair,
pati, rejeki iku wis kapurba kawisesa dening Gusti Kang Akarya bumi langit...” sangat tepat. Jadi, jangan salahkan aku ketika
kita sudah beda suasana dan beda warna,
tetap menjalin persahabatan yang sempat tertunda. Karena semua itu, dalam
rangka menjalin silaturahmi, menebarkan kebaikan, dan mudah-mudahan bisa
berbagi. Berat rasanya memulai kebaikan,
namun itu yang harus terus kita perjuangkan karena setiap waktu kita selalu
bergumul dengan kesalahan-kesalahan yang mungkin kita sengaja atau pun tidak
sengaja.
Mudah-mudahan perjumpaan kemarin
menjadi awal yang baik untuk meneruskan persahabatan antara kita (Alumni IKIP N
Yogyakarta, Angkatan 84). Juga angkatan sebelum dan sesudahnya yang mungkin mau
ikut berbagi pengalaman dan persahabatan di sini. Sawukir, Bambang dan….maaf
yang lain (teman dari adik angkatan) yang kadang ketemu saat pelatihan. Juga kakak
tingkat, Mbak Endang (Sragen) terima kasih atas bantuan dan perhatiannya saat
kita bersaing merebut predikat guru berprestasi di Semarang tahun 2004
(walaupun sama-sama belum berhasil). Kenangan saat itu sungguh indah. Mas
Bambang (yang dulu mengajar di SMPN 1 Sawangan, Magelang) terima kasih atas
bantuannya waktu itu, meminjami buku dan soal-soal untuk bertarung merebut
gelar PNS.
Demikian saja, temanku, telah
berkenan membaca curahan hati yang mungkin tidak berarti ini. Aku bukan
penulis, bukan pengarang, bukan novelis, bukan cerpenis, bukan pula penyair
yang pandai meluncurkan kata-kata indah dan bermakna. Aku hanya seorang
pembelajar menulis yang taksampai-sampai mengasilkan karya, takterbit-terbitkan
sebuah buku pun, juga takfasih ceramah dalam seminar-seminar. Sekali lagi,
terima kasih dan mohon maaf atas segala kesalahan. Maaf, foto kenangan saat di
Wonosobo, kutampilkan di sini. Gambarnya kurang bagus, soalnya fotografernya
amatiran. Salam buat segenap keluarga.Ini fotoku saat mengantar teman jadi Kepala Sekolah di SMPN 2 Kejajar, Wonosobo. Suasana Dieng sungguh menawan, sayang ya, nggak sempat ke sana. Wuih...dinginnya..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar