Minggu, 28 Juni 2009

REVITALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH

PENDAHULUAN
  Perpustakaan berasal dari kata “ pustaka “ yang berarti kitab atau buku. Pengertian perpustakaan adalah suatu unit kerja sebagai tempat mengumpulkan, menyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis, dengan cara tertentu dan dimanfaatkan oleh pemakai jasa perpustakaan semaksimal mungkin. Sedangkan perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, sebagai bagian integral dari sekolah, perpustakaan menjadi sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
Latar Belakang
  Perpustakaan Sekolah sebagai salah satu shareholder (bagian penting yang berperan), sebenarnya dapat menjadi jantung sekolah. Tentunya, apabila fungsi perpustakaan sekolah tidak lagi sekedar tempat membaca dan meminjam buku saja. Perpustakaan sekolah menjadi pusat aktifitas membaca, merenung, menulis, diskusi, bertukar pengetahuan dan informasi, dan kegiatan-kegiatan lain yang merangsang kreatifitas (Agus M Irkhan, Media Pustaka : 2007). Namun sayang sekali hal yang terjadi, keberadaan perpustakaan sekolah “ Hidup segan mati tak mau .” 
Secara fisik, perpustakaan sekolah ada di lingkungan sekolah. Tetapi secara psikis, perpustakaan sekolah tidak punya ruh atau jiwa. Keberadaannya hampa, tidak berarti, atau ada tetapi seolah tak ada dan tak bermakna. Gambaran perpustakaan sekolah itu sepi, dingin, lengang, dan asing, sangat terlihat jelas. Bahkan, ada yang berpandangan kalau perpustakaan sekolah dulu berposisi kunci, sekarang juru kunci.
  Menurut Agus M. Irkhan, di Indonesia, Sekolah Dasar yang memiliki perpustakaan hanya sekitar satu persen, sedangkan SMP dan SMA sekitar 54 persen. Hal ini semakin memperparah keadaan saja, mengingat sekian persen yang ada itu saja dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. Sebagian besar sekolah, gedung perpustakaannya biasanya menempati ruang terburuk di sudut sekolah. Pustakawan sekolah sebatas tenaga teknis belaka. Hanya menunggu tanpa ada ide-ide kreatif guna promosi pentingnya berkunjung ke perpustakaan dan membaca. Eksistensi tenaga perpustakaan masih dipandang sebelah mata. Bahkan, menurut Agus, pepustakaan dijadikan tempat pengasingan pegawai yang bermasalah. Jadilah, perpustakaan sekolah ibarat menara gading bersangkar emas. Kandungan ilmu yang tinggi dan bermanfaat , hanya tersembunyi dibalik rak-rak buku berderet dan barisan buku-buku yang mahal semahal emas. Mutiara ilmu itu masih jauh terpendam di dasar lautan.
  Lalu bagaimana agar menara gading yang bersangkar emas itu mudah dimasuki? Agar deretan buku-buku itu diselami, diarungi, dan diambil butiran mutiaranya? Supaya ikan-ikan kecil (siswa) dan ikan-ikan besar (guru dan karyawan) suka berenang di lautan ilmu yang begitu luas itu ? Pertanyaan-pertanyaan itulah yang menggelitik penulis untuk mengupas lebih dalam permasalahan perpustakaan sekolah ini. Agar perpustakaan sekolah kembali berperan dan mengambil peranan penting (jantung) sebagai laboratorium dinamika intelektual siswa maupun guru.

Rumusan Masalah
  Dari uraian di atas, penulis rumuskan permasalahan karya tulis ini sebagai berikut ! Bagaimanakah bentuk revitalisasi perpustakaan sekolah agar berfungsi sebagai sumber belajar siswa dan guru di sekolah?

Tujuan 
  Revitalisasi Perpustakaan sekolah bertujuan untuk :
a. mengembalikan peran perpustakaan sekolah sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Adapun fungsi perpustakaan sekolah adalah sebagai pusat kegiatan belajar siswa, pusat penelitian sederhana, dan tempat membaca guna menambah pengetahuan dan rekreasi.
b. memberikan informasi yang berkaitan dengan layanan perpustakaan. Informasi yang dimaksud adalah informasi tentang cara menggunakan koleksi perpustakan, cara memilih buku dan cara membaca yang baik kepada siswa.
c. membantu menyelesaikan tugas-tugas siswa dengan jasa pustakawan misalnya mencarikan buku-buku pelengkap.
d. Menciptakan kondisi perpustakaan sekolah yang menarik, nyaman, sehat, dan lengkap.
e. Memberi dorongan kepada siswa agar senang dan rajin berkunjung ke Perpustakaan.
f. Memberikan jasa layanan baca tulis.

Manfaat
  Revitalisasi Perpustakaan Sekolah secara umum bermanfaat bagi warga sekolah (siswa, guru, dan karyawan) dalam menggunakan perpustakaan sekolah secara optimal. Secara khusus, revitalisasi perpustakaan sekolah bermanfaat sebagai wadah kreatifitas siswa / guru dalam kegiatan pengembangan membaca dan menulis.

  Manfaat revitalisasi perpustakaan secara umum adalah :
a. memudahkan pengguna perpustakaan sekolah dalam memanfaatkan jasa perpustakaan secara optimal.
b. Mempercepat pengguna memperoleh informasi yang diperlukan di Perpustakaan Sekolah.
c. Menarik minat pengguna untuk berkunjung dan membaca koleksi pustaka yang ada di Perpustakaan Sekolah. 
d. Menjadikan Perpustakaan Sekolah sebagai pusat kegiatan belajar siswa.
e. Memposisikan tenaga pustakawan sebagai patner guru dalam kegiatan pengembangan profesi guru secara profesional.
f. Meningkatkan kinerja sehingga mampu bekerjasama untuk memenuhi kebutuhan pemakai serta memperoleh feedback yang positif atas layanan yang telah diberikan.
g. Memberi keleluasaan kepada pengelola Perpustakaan Sekolah untuk menciptakan berbagai kegiatan yang dapat mendatangkan tambahan dana.
   
  Manfaat revitalisasi Perpustakaan Sekolah secara khusus, sesuai dengan pengembangan program dalam upaya mengembalikan fungsi Perpustakaan Sekolah, yaitu :

a. sebagai wadah bagi siswa dan guru dalam mengembangkan kemampuan membaca dan menulis.
b. Memberi kesempatan kepada pengelola Perpustakaan Sekolah untuk menciptakan ide-ide kreatif dalam meningkatkan minat baca dan tulis , seperti :
- Membimbing kegiatan penulisan fiksi maupun non fiksi
- membuat majalah dinding sekolah
- menerbitkan bulletin sekolah dengan menampilkan karya-karya anggota klub menulis
- sebagai tempat / forum diskusi Kelompok Ilmiah Remaja (KIR)
- menyelenggarakan lomba penulisan
- mengadakan kegiatan kupas buku
- mengadakan lomba pembacaan karya kreatif, seperti puisi, cerpen, dll
- membantu siswa yang kesulitan menyelesaikan tugas sekolah 
- menyajikan informasi terkini dengan referensi buku, majalah, koran, atau akses internet
- memberikan penghargaan kepada siswa dan guru yang paling rajin berkunjung ke Perpustakaan Sekolah sebagai bintang pepustakaan
- membimbing siswa dalam mengikuti berbagai lomba penulisan, baik fiksi maupun non fiksi


PEMBAHASAN
Landasan Teori
  Menurut Esti Yantuti, Kepala Perpusda Kabupaten Cilacap, peranan perpustakaan diharapkan dapat memberikan andil yang cukup besar dalam membuka dan mengembangkan wawasan berpikir masyarakat agar lebih maju dan mandiri serta memiliki kemampuan untuk mendukung upaya tercapainya peningkatan kualitas SDM (Buletin Pustakawan : 2006). Untuk mewujudkan peran tersebut, perlu adanya upaya pemberdayaan tenaga pengelola perpustakaan. Sedangkan pemberdayaan / revitalisasi tenaga Perpustakaan dapat diupayakan sebagai berikut :

a. mengangkat tenaga pengelola yang mampu melayani penguna secara optimal
b. memiliki pendidikan, ketrampilan serta sikap mental terhadap profesi sebagai pustakawan
c. menguasai jaringan informasi dalam rangka mencapai tujuan perpustakaan (Sandimin, Buletin Pustaka : 2006).

  Apabila Perpustakaan Sekolah telah diberdayakan, tentu keberadaan Perpustakaan Sekolah menjadi sangat penting. Istilah “ The Heart of educational program “ benar-benar dapat diwujudkan. Mengingat pengguna Perpustakaan Sekolah hingga saat ini belum dapat menggunakan perpustakaan dengan segala fasilitasnya, maka diperlukan pendidikan pemakai di Perpustakaan Sekolah (Sri Wahyono, Buletin Pustakawan : 2006). Pendidikan pemakai sangat diperlukan karena masih banyak pengguna yang tidak tahu letak buku yang diperlukan. Tentu saja hal ini akan sangat menghambat bagi pengguna dalam penelusuran informasi. Pendidikan pemakai adalah suatu kegiatan pelayanan perpustakaan dalam membantu pemakai menggunakan perpustakaan. Bisa juga diartikan, bimbingan yang diberikan agar pengguna dapat menggunakan perpustakaan secara efektif. Menurut Wahyono, pendekatan dalam pendidikan pemakai ada dua macam, yakni secara individu atau secara terprogram dan berencana serta menggunakan suatu metode tertentu.

Pendekatan Pemecahan Masalah
  Untuk mendapatkan data riil mengenai minat berkunjung dan membaca di Perpustakaan Sekolah (SMP I Wonosobo) , serta minat menulis siswa maupun guru, penulis menggunakan beberapa metode pengumpulan data, bahan, alat dan sumber data sebagai berikut :

a. Waktu Penulisan : 1 s/d 20 September 2008
b. Lama Penulisan : 20 hari
c. Tempat : SMP I Wonosobo
d. Bahan Penulisan :
  - Kamus Besar Bahasa Indonesia
  - Materi Pelatihan Pengelolaan Perpustakaan
  - Buletin Pustakawan
  - Majalah Media Pustaka
  - Artikel “ Meningkatkan Minat Baca
  Melalui Pemberdayaan Perpustakaan
  Sekolah “
  - Bulletin Pusat Perbukuan
  - Beberapa Artikel dari internet
e. Alat yang digunakan : - Buku Kunjung Perpustakaan
  - Buku Peminjaman dan Pengembalian
  - Buku Prestasi Siswa (Bidang Penulisan )
  - DUK : Daftar Urutan Kepangkatan
  - Daftar Peserta Pengembangan diri
  Jurnalistik dan Ekstra Jurnalistik
f. Metode Pengumpulan
  Data :
  - Observasi
  - Wawancara dengan Siswa dan Guru
  - Studi Pustaka
  - Mengakses Internet
  - Studi Kasus : Mencari penyebab kurangnya
  minat siswa / guru berkunjung ke Perpus-
  takaan dan rendahnya minat siswa / guru
  dalam membaca dan menulis. 
  - Mencari jalan keluar guna memberdayakan
  Perpustakaan Sekolah sebagai pusat sumber
  belajar
g. Hasil pengamatan :
- Berdasarkan Buku Kunjung Perpustakaan,
  rata-rata kurang dari 20 siswa setiap hari
  pada tiga bulan terakhir. Sedangkan guru
  yang berkunjung, hanya dalam hitungan
  jari. Jumlah siswa tersebut didominasi 
  siswa peserta Jurnalistik. Sementara jum-
  lah siswa dan guru yang pinjam buku, lebih
  sedikit. 
  - Jumlah peserta Pengembangan Diri dan
  Ekstrakurikuler Jurnalistik meningkat dari
  tahun ke tahun karena pembimbing mene-
  rapkan klinik baca tulis berbasis Perpus-
  takaan.
  - Minat siswa mengikuti berbagai lomba
  penulisan cukup tinggi, terbukti diraihnya
  banyak prestasi penulisan oleh peserta Jur-
  nalistik.
  - Minat guru untuk membaca dan menulis
  masih sangat kurang. Guru masih kesulitan
  menulis, terbukti dari sekian guru yang
  sudah IV a belum ada yang naik ke golong-
  an IVb. Terbukti pada Daftar Urut Kepang-
  katan (DUK) yang ada.
  - Sepinya pengunjung Perpustakaan karena
  selama ini layanan yang diberikan sebatas
  peminjaman dan pengembalian buku saja.
  Pengelola belum melakukan inovasi/varian
  layanan. Koleksi pustaka Perpustakaan
  sekolah juga sudah usang, didominasi buku
  paket dan kurang referensi buku-buku edisi
  terbaru.
  - Alokasi dana untuk pengelolaan Perpus-
  takaan masih sangat minim, sehingga
  pengelola kesulitan dalam mengadakan
  kreatifitas layanan.
  - Kerjasama antara pengelola Perpustakaan
  dengan guru mata pelajaran dalam meman-
  faatkan Perpustakaan masih sangat
  kurang.
   
 Produk Kreatifitas dan Inovasi
  Berdasarkan uraian pada landasan teori di atas , dipandang perlu adanya suatu metode / cara / strategi untuk memberdayakan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar. Strategi dimaksud adalah mendirikan Klinik Baca Tulis Berbasis Perpustakaan atau disingkat Klinik BTBP. Istilah klinik mengadopsi dari bidang kesehatan, merupakan bagian rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat orang berobat atau layanan konsultasi kesehatan. Klinik BTBP adalah bagian dari Perpustakaan Sekolah yang melayani pengguna (siswa, guru, karyawan) yang kesulitan dalam kegiatan membaca dan menulis.
  Klinik BTBP dipandang penting dalam memberdayakan Perpustakaan Sekolah karena hingga saat ini, minat untuk berkunjung di Perpustakaan Sekolah masih sangat rendah. Demikian juga minat baca dan tulis siswa maupun guru juga masih sangat memprihatinkan. Klinik Baca Tulis ini pertama digulirkan oleh Perpustakaan Kota Magelang sebagai varian layanan. Kalau di Magelang, “pasiennya” bersifat umum, Klinik BTBP hanya melayani warga sekolah baik siswa, guru, maupun karyawan. Sebagai “dokternya“ adalah tim pengelola Perpustakaan Sekolah yang terdiri dari pustakawan, guru yang mempunyai kemampuan menulis. Untuk menarik minat peserta, insidental menghadirkan penulis atau wartawan lokal. Teknis pelayanan dengan menyediakan ruang praktek yang di dalamnya berisi buku-buku referensi penulisan. “Pasien” harus menjadi anggota Perpustakaan Sekolah dan anggota Klub Menulis. Kartu Anggota Klub digunakan sebagai kartu pasien ketika berkonsultasi. Pasien yang sudah berkonsultsi dihimbau untuk mengisi kotak amal pustaka atas jasa layanan konsultasi. Setiap bulan kotak amal dibuka untuk membeli buku penunjang kegiatan membaca dan menulis. Cover buku baru tersebut dipajang di papan pajang untuk diketahui pengguna. Buku boleh dipinjam setelah diolah terlebih dahulu. Cara ini sangat ampuh untuk menarik siswa membaca dan merangsang keinginan untuk menulis. Agar “dokter“ siap melayani sesuai kebutuhan pengguna, hendaknya “pasien” mengambil nomor urut periksa dan menuliskan permasalahan yang ingin dikonsultasikan. Pengambilan nomor urut periksa dapat dilakukan pada jam istirahat. Sedangkan jam praktek konsultasi dapat dilakukan pada jam 12.45 s/d 13.30 seusai pelajaran. Pemberian layanan kasus sejenis pada banyak pasien dapat dilakukan secara kolektif.
  Di samping pemberian layanan jasa konsultasi secara perorangan maupun kolektif, Klinik BTBP juga dapat melakukan berbagai kegiatan sebagai varian layanan, seperti :
a. membuat brosur secara periodik
b. mengadakan lomba penulisan intern warga sekolah
c. mengirim naskah terbaik ke media (Koran, bulletin, majalah)
d. membimbing siswa dalam lomba penulisan baik di tingkat kabupaten, propinsi, maupun nasional.
e. Membimbing siswa membuat kliping yang berkaitan dengan penulisan
f. Mengadakan wisata jurnalistik ke Perpustakaan lain yang representatif atau ke penerbitan lokal (kalau ada).

PENUTUP
  Klinik BTBP (Baca Tulis Berbasis Perpustakaan) sangat tepat bila dapat diterapkan di setiap sekolah. Selain dapat menarik minat siswa untuk berkunjung dan membaca di Perpustakaan Sekolah, merangsang siswa untuk aktif menulis, juga berdampak positif bagi guru. Guru dalam program ini akan terlibat langsung sebagai konselor pada siswa yang mengalami kesulitan belajar. Dengan demikian guru mau tidak mau harus mau membaca dan belajar menulis. Kompetensi guru dalam menulis sangat bermanfaat dalam upaya pengembangan profesi guru. Selain dapat digunakan untuk pengajuan sertifikasi guru, juga dapat digunakan untuk pengajuan pangkat ke golongan IVb dan selanjutnya. Hal ini tentu akan berimbas pula pada peningkatan kualitas SDM siswa maupun guru, sehingga wawasan berpikir menjadi maju dan mandiri.
  Kendala pendanaan yang selalu menghambat kreatiftitas pustakawan dalam memberikan layanan dapat sedikit teratasi. Walaupun pihak Sekolah harus tetap mengalokasikan dana untuk pemberdayaan Perpustakaan Sekolah. Adanya kotak amal pustaka selain dapat digunakan untuk membeli buku refensi terbaru, juga menumbuhkan rasa kebutuhan akan membaca buku baru. Siswa juga dilatih secara mandiri untuk membeli buku, sehingga akan merasa ikut memiliki dan mencintai buku. Papan pajang buku baru juga akan menarik minat siswa untuk membaca dan merangsang siswa untuk belajar menulis.
  Fungsi utama Perpustakaan Sekolah sebagai pusat sumber belajar, sumber informasi, pusat bacaan rekreasi, dan pengisi waktu senggang dapat terpenuhi. Untuk selanjutnya Perpustakaan itu sebagai tempat membina minat dan bakat siswa, menuju belajar sepanjang hayat (long life educational), seperti dikatakan Rohanda, dapat terwujud. Keberadaan Klinik BTBP juga tidak menyalahi aturan organisasi Perpustakaan, karena dapat didudukkan sebagai Petugas Penyuluhan / Pemasyarakatan dan Petugas Penelitian dan Pengembangan. Dengan demikian, Klinik BTBP dapat dijadikan model revitalisasi Perpustakaan Sekolah baik di tingkat SD, SMP, maupun SMA.

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Ibu... boleh saya tau gambaran mengenai kondisi perpustakaan di jawa tengah. begitu juga kondisi di Magelang,,,
terima kasih