Keluhan Ka Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jateng Drs. Soebagyo Brotosedjati MPd ketika membuka Penataran Peningkatan Pemahaman Bahasa Jawa bagi Guru SD/MI dan SLTP di Kab. Tegal bahwa kondisi pemakaian bahasa Jawa dewasa ini memang cukup memrihatinkan, memang sesuai dengan kenyataan di lapangan.
Minggu, 28 Juni 2009
MENJADIKAN TELEVISI SEBAGAI SUMBER BELAJAR ANAK
GERAKAN PKK DI MASA DEPAN
PKK adalah singkatan dari Pembinaan Kesejahteraan Keluarga. Singkatan PKK sepertinya lebih membudaya dari pada kepanjangannya. Tidak semua masyarakat khususnya ibu-ibu memahami pengertian PKK. Bagi kader PKK tentu menyadari betul eksistensi gerakan ini yang bersifat nasional. Namun, bagi ibu-ibu yang masih awam, PKK tidak bedanya dengan arisan saja.
REVITALISASI PERPUSTAKAAN SEKOLAH
PENDAHULUAN
Perpustakaan berasal dari kata “ pustaka “ yang berarti kitab atau buku. Pengertian perpustakaan adalah suatu unit kerja sebagai tempat mengumpulkan, menyimpan, dan memelihara koleksi bahan pustaka yang dikelola dan diatur secara sistematis, dengan cara tertentu dan dimanfaatkan oleh pemakai jasa perpustakaan semaksimal mungkin. Sedangkan perpustakaan sekolah merupakan perpustakaan yang berada pada lembaga pendidikan sekolah, sebagai bagian integral dari sekolah, perpustakaan menjadi sumber belajar dalam rangka mencapai tujuan sekolah.
MEMBUDAYAKAN MENULIS BAGI GURU
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995 :1097) kata menulis mempunyai arti : 1) membuat huruf (angka dsb) dengan pena (pensil, kapur,dsb), 2) melahirkan pikiran atau perasaan (spt mengarang, membuat surat) dengan tulisan. Mengacu pada makna kamus tersebut, menulis sudah menjadi bagian pokok dari tugas sehari-hari. Sebelum guru mengajar di depan siswa pun serangkaian kegiatan menulis sudah dilakukan. Mulai dari menyusun silabus, SP, RPP, menyiapkan materi , membuat kisi-kisi soal, membuat soal evaluasi, menganalisis soal, maupun melakukan kegiatan perbaikan dan pengayaan, serta program tindak lanjut. Artinya bahwa guru itu sebenarnya sudah biasa menulis baik itu di papan tulis, di komputer, atau menuangkan pikiran dan perasaan di media lain seperti buku tulis atau kertas. Lalu mengapa guru masih merasa kesulitan dalam menulis bahkan merasa belum bisa menulis? Apakah yang dimaksud dengan “menulis” dan bagaimanakah caranya membudayakan “menulis” tersebut di kalangan guru?
Langganan:
Postingan (Atom)