Tujuh Keajaiban Rezeki

RESENSI BUKU

Judul Buku	:   Tujuh Keajaiban Rezeki
Pengarang	:   Ippo Santosa
Penerbit	:   PT. Elex Media Komputindo
Kota Terbit	:   Jakarta
Tahun Terbit	:   2011
Cetakan	:   Ke-20
Tebal Buku	:   192 halaman

Buku ini tidak hanya best seller, tapi mega best seller. Pasalnya, kalau buku lain menunjukkan bagaiana meraih kesuksesan, buku ini  menunjukkan bagaimana mempercepatnya. Pendekatan yang digunakan dalam buku ini adalah pendekatan  otak kanan dan sentuhan-sentuhan Islami. Hal-hal yang mempengaruhi keuangan, kesehatan, prestasi, jodoh, atau apa saja disebut lingkar pengaruh.  Mulai dari lingkar diri, lingkar keluarga, lingkar sesama, lingkar semesta, sampai lingkar Pencipta. Kalau bisa memegang erat tiga lingkar yang pertama, kita akan berhasil masuk di lingkar berikutnya yang lebih besar. Awal pijakkan dari keajaiban buku ini ada pada lingkar diri, artinya segala sesuatu bermula dari diri sendiri karena kita aktor utamanya atau penentunya.

Lingkar diri (Sidik jari kemenangan) : Setiap orang itu unik. Punya cara tersendiri untuk meraih kemenangan dengan lebih cepat. Uniknya layaknya sidik jari, bukankah sidik jari orang itu berbeda satu sama yang lainnya? Karena itu  kita perlu memahami perbedaan, mengenli diri, yakin dengan kemampuan yang kita miliki, dan selalu berbenah diri menjadi yang terbaik. Lingkar Keluarga (Pecundang Vs Pemenang) : Anggapan orang akan diri kita yang serba kurang, menyadarkan kita untuk menjadi pemenang. Caranya dengan mengenali kelemahan-kelemahan kita dan berniat serta bertekad untuk berubah karena menjadi pemenang itu hak bagi semua orang.  (Doa Vs LOA) : Hukum Tarik – Menarik _Law Of Attraction) pikiran andalah yang menarik segala sesuatu itu terjadi. Doa itu terkait erat dengan LOA, doa, impian dan harapan itu kurang lebih sama. Mulailah dengan impian, tekad, keyakinan, dan doa. Lalu selaraskan impian dengan orang-orang yang dekat dengan kita (orang tua, istri/suami), terus wujudkan impian dengan berbuat. Doa orang tua sangat mustajab. Sikap sabar dan teguh memegang ajaran ayat suci : Barang siapa yang berbuat baik dan beriman, maka ia tidak khawatir atas perlakuan tidak adil terhadap dirinya dan tidak pula khawatir atas pengurangan haknya.

Pentingnya Mengasah Otak Kanan : Dalam kitab suci kata akal dan cahaya muncul sampai 49 kali. Memang akal itu laksana cahaya yang menyinari kehidupan. Otak kanan adalah mata air yang mengalirkan  anak-anak sungai yang bernama kreativitas, intuisi,  dan imajinatif. Nah, untuk mewujudkan itu harus membersihkan mata airnya (otak kanan). Pepatah ‘ Tiap suangai ada sumbernya, tiap pohon ada akarnya). Jangan suka berkeluh-kesah dan menganggap dirinya sebagai manusia yang biasa-biasa saja, yang terlahir tanpa kelebihan khusus. Tuhan telah menciptakan manusia sebaik-baiknya bentuk. Bahkan lebih unggul dari malaikat. Maka, pilihlah sesuatu yang anda nikmati, pastikan bahwa itu betul-betul menghasilkan, mulailah dengan niat, tanamkan keberanian dan kegigihan, yakinlah Tuhan itu ada, dan tingkatkan amal dengan ikhlas. Niscaya, rezeki akan datang berlipat ganda.

Menebar Ilmu Otak Kanan

Sisi lain yang menarik dari buku ini adalah adanya contoh-contoh sikap, pola pikir, atau pun tindakan secara hidup. Maksudnya, contoh merupakan bukti karena sudah dilakukan oleh orang lain (pengakuan/testimoni). Entah itu berkaitan dengan belajar, beribadah, umrah, sedekah, menikah, meningkatkan omzet, memulai usaha, sembuh dari penyakit, meningkatkan karier, dll meski dengan cara yang tidak masuk akal bila dipandang dari akal kiri. Konsep yang ditebarkan dalam buku ini selaras dengan pesan Nabi Muhammad, “Barang siapa menyeru kepada kebaikan, maka ia mendapat pahala sebagaimana pahala orang yang mengerjakannya tanpa mengurangi pahala mereka sedikit pun”. Perbedaan yang sangat mendasar, kalau golongan kiri (otak kiri) was-was dan menganggap semesta ini berkekurangan, golongan kanan (otak kanan) siap dengan persaingan dan menganggap semesta ini berkelimpahan. Anda penasaran? Silakan mencoba.

(Disampaikan pada pertemuan KSM Srikandi, Perpustakaan Srikandi, Andongsili, Mojotengah Wonosobo, oleh Eko Hastuti  tanggal 14 Maret 2012).