Minggu, 29 Januari 2012

Dengan Media Blog, Menulis Menjadi Menyenangkan


Judul artikel tersebut  merupakan kesimpulan dari kegiatan pembelajaran  bahasa  Indonesia pada siswa di SMPN 1 Wonosobo, khususnya kelas 8 F dan 8G. Pada awal  semester 2 tahun ajaran 2011/2012 ini, terdapat beberapa KD yang mempunyai keterkaitan satu dengan yang lainnya. KD (Kompetensi Dasar) tersebut adalah 1) menemukan pokok-pokok berita; 2) menemukan masalah utama dari berbagai berita; 3) menulis berita secara singkat, padat, dan jelas; 4) mengungkapkan informasi dalam bentuk teks berita.
Sepintas KD-KD tersebut kelihatan kurang menarik untuk bahan pembelajaran. Apalagi pada aspek menulis berita, bisa jadi siswa kurang tertarik karena selama ini menulis menjadi pembelajaran yang menjemukan. Guru pun akan kesulitan bila tidak bisa memilih strategi yang tepat. Berdasarkan pengalaman penulis, pembelajaran bahasa khususnya menulis berita sangat mengasyikkan. Artikel ini sekedar berbagi pengalaman saja, mungkin bermanfaat bagi teman guru bahasa lainnya.
KD 1 dan KD 2 dapat dijadikan satu paket pembelajaran. Untuk KD satu, guru membagi siswa dalam kelompok kecil/2 orang setiap satu kelompok. Masing-masing kelompok disuruh mengambil satu bendel koran koleksi perpustakaan sekolah (diutamakan edisi terbaru). Kelompok membaca koran sepintas lalu saja, boleh judul-judulnya saja. Kemudian kelompok memilih satu topik berita yang menarik perhatiannya, dengan ketentuan : hangat, singkat, penting, aktual, dekat dan bermanfaat bagi orang lain. Setelah membaca berita tersebut, lalu kelompok menentukan unsur-unsur berita yang meliputi 5W + 1H (What, Who, When, Where, Why, and How). Pada dasarnya, pokok-pokok berita merupakan jawaban atas pertanyaan yang terdiri dari 5W + 1H tersebut. Setelah pokok-pokok berita ditemukan, kelompok disuruh mengembalikan koran di tempat semula. Kelompok lalu merangkai kembali pokok-pokok berita menjadi berita baru dengan kata-kata sendiri atau dengan pola penulisan berita yang berbeda dengan pola sebelumnya. Kegiatan selanjutnya adalah menyampaikan hasil diskusi di depan kelas. Kelompok lain boleh bertanya, menanggapi, atau berkomentar terhadap penampilan kelompok penyaji. Pada kegiatan ini, kelompok yang kurang cermat dalam menemukan pokok-pokok berita dan kurang lengkap dalam menuliskan kembali berita, akan dengan mudah ditanggapi oleh kelompok lain. Entah itu berupa pertanyaan, tanggapan/komentar, maupun kritik dan saran. Hal tersebut akan berdampak positif karena menyadarkan bahwa tim penyaji kurang cermat dalam membaca berita, misalnya waktunya belum disebutkan, sebab-sebab terjadinya peristiwa lupa tidak ditulis, atau kekurangan lainnya.
Untuk memperdalam pemahaman siswa dalam menentukan pook-pokok berita, siswa ditugaskan  di rumah (PR) untuk mendengarkan sebuah berita melalui radio/TV secara bebas. Maksudnya, topik  beritanya, canel TV-nya, atau siaran radionya, dan waktunya kapan pun. Yang penting siswa secara perorangan, mencermati berita yang didengar untuk lebih  mengetahui pokok-pokok  beritanya dan mampu menuliskan kembali berita dengan bahasa dan pola sendiri. Tidak lupa, siswa disuruh mencantumkan sumber berita, (topik, canel, jam, dan nama penyiarnya). Kemudian siswa disuruh menentukan masalah utama dari berita tersebut.
Sampai pada KD yang ketiga, yakni menulis berita secara singkat, padat, dan jelas. Siswa bekerja dalam kelompok sedang (3 orang/kelompok) untuk kembali berdikusi dalam menentukan topik berita yang akan dibuat. Dalam waktu 15 menit, kelompok menentukan topik, memilih nara sumber, dan menyiapkan daftar pertanyaan untuk melakukan wawancara. Setelah itu, kelompok boleh meninggalkan ruang diskusi untuk mecari berita di sekitar lingkungan sekolah. Salah satu kelompok dipinjami kamera sekolah untuk mengambil gambar berita secara bergantian dengan kelompok lainnya. Kurang lebih 30 menit, kelompok mulai masuk ruang kelas untuk bersama-sama menulis berita berdasarkan data hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan. Guru memantau dan membimbing kelompok yang masih kesulitan. Pada pembelajaran pertemuan kedua tersebut, pekerjaan tidak harus dikumpulkan karena hasil berupa berita dikirim ke blog pembelajaran yang sudah disiapkan guru. Untuk merangsang siswa cepat mengirim tugas di blog, guru memberi bonus nilai bagi 5 pengirim tercepat. Dengan rangsangan ini, kelompok lalu berlomba mengerjakan tugas dengan cepat dan baik.


Blog membuat mudah belajar menulis


Pendapat Gola Gong (2008) bahwa, “ Adanya blog membuat belajar menulis menjadi lebih mudah dan menyenangkan” memang benar. “Menulis di blog saat ini ibarat menulis diary di masa lalu. Bedanya, blog adalah diary yang online dan bisa dibaca siapa saja” imbuh Gola Gong.
Pembenaran tersebut tidak begitu saja diucapkan, karena telah melalui proses pembelajaran yang dibuktikan dengan hasil yang cukup memuaskan. Beberapa berita yang ditulis siswa layaknya liputan seorang jurnalis/wartawan. Masing-masing kelompok mempunyai kepekaan permasalahan tersendiri. Walaupun obyeknya sama ternyata permasalahan utama yang diberitakan berbeda. Misalnya, liputan tentang Alun-Alun Wonosobo. Ada yang menulis tentang kebersihannya, ada yang mempermasalahkan fasilitasnya yang kurang terpelihara (khususnya Paseban), ada yang mengangkat manfaat Alun-Alun bagi masyarakat, dan liputan kuliner di seputar Alun-Alun Wonosobo. Ada juga yang rela berjalan jauh di Perpusda Wonosobo untuk melakukan wawancara tentang rehap gedung Perpusda (yang untuk sementara menempati Gedung Korpri). Bahkan ada yang mencapai Pasar Induk, untuk mewawancarai penjual durian. Oh ya, ada yang tertarik meliput kegiatan pembangunan gang di kampungnya yang dilakukan secara gotong royong oleh warga, kebetulan salah satu siswa dalam kelompok itu tinggal di kampung dekat sekolahan (SMPN 1 Wonosobo).
Menulis berita teryata tidak sekedar melatih dan meningkatkan keterampilan menulis saja. Ada karakter positif yang terbangun dari kegiatan itu, seperti melatih keberanian, kejujuran, kerja sama, dan orsinalitas ide yang dituliskan. Dengan dipampangkan di blog, juga membentuk karakter cermat, teliti, dan hati-hati. Blog bisa dibaca siapa saja dan kapan saja. Bila tulisan kita jelek, bahasanya kurang baik, dsb tentu akan dikomentari orang secara langsung. Hal tersebut tentu melatih rasa keberanian untuk bertanggungjawab. Namun, apabila menulis di blog sudah menjadi kebiasaan, menulis akan menjadi mudah dan lancar. Ingat kata Gola Gong, “Menulis itu bukan bakat, tapi usaha yang terus diasah. Menulis bukan pekerjaan para dewa, karenanya semua orang juga bisa menulis. Tetapi tetap ada syaratnya, untuk menjadi penulis itu jiwa dan pikiran kita harus terisi penuh oleh sumber bacaan dan pengalaman”. Nah, lo benar kan, sebelum siswa menulis harus terjun ke lapangan untuk mendapatkan data baik itu observasi atau wawancara kepada sumber berita.
Presentasi ‘Menulis Berita’ juga mengasyikkan
Untuk mencapai KD keempat, yakni mengungkapkan informasi dalam bentuk teks berita, pembelajaran dikemas dengan model presentasi. Masing-masing kelompok bergantian mempresentasikan hasil kerjanya di depan kelas. Guru membantu menyiapkan materi dengan memampangkan berita yang sudah masuk di blog guru. Siswa dalam kelompok, tinggal berbagi tugas. Ada yang menjadi moderator, ada yang menyampaikan berita, dan ada yang bertugas menjawab/menanggapi pertanyaan/komentar dari kelompok. Guru tinggal memantau dan menilai keaktifan siswa dalam berdiskusi. Akhirnya, dua jam pembelajaran selesai tidak terasa. Bahkan siswa berteriak ketika bel ganti pelajaran berbunyi, “Aaa….waktunya habis!” Nampak ada penyesalan karena masih ingin berdiskusi.
Gimana komentar siswa di akhir pembelajaran menulis berita? Mungkin itu pertanyaan yang muncul di benak para pembaca. Kata Paramita Nur Sabilla, “Pembelajaran lebih mudah dimengerti karena praktek langsung di lapangan. Suka, Bu”. Titis Tresnawati menambahkan, “menyenangkan, menarik, dan menumbuhkan kreativitas siswa. Pokoknya jadi lebih mudah”. Calse Ratnasari Soegiarto yang berkelompok dengan Novia Putri Pertiwi meliput rehap gedung Perpusda Wonosobo mengatakan, “ Baik. Menambah ilmu dalam menulis berita. Senang aja kerja bareng temen”. Meski harus bersusah payah wawancara, nulis berita dan mengirim ke blog, kata Novia, “Ngga apa-apa Bu, kan jadi mudeng (mengerti)”. Wilda yang meliput latihan Tari Sindhung Lengger untuk persiapan menyambut tamu dari SMPN 2 Gubug Grobongan, mempunyai kesan tersendiri, “Asyik, kerja kelompok di lapangan. Senang karena bisa melatih kejelian dalam menggali berita. Saya jadi peduli dengan lingkungan khususnya dengan peristiwa yang terjadi di sekitar kita”. Rameez Ali Surya Negara, satu-satunya cowok yang sempat saya tanya, juga menjawab hampir sama, “ Senang, jadi lebih tahu dan lebih mudah menangkap informasi. Tulisan saya jadi rapi, Bu, kan bisa dibuat rata kanan kiri” jawabnya mantap.
Srategi pembelajaran memang tidak bersifat statis. Maksudnya, belum tentu dalam KD yang sama selalu berhasil dengan strategi yang sama pula. Perbedaan iklim kelas , kondisi siswa, fasilitas yang ada, dan lingkungan sekolah, memungkinkan perlunya strategi pembelajaran yang tepat.  Artinya, strategi pembelajaran ini mungkin tidak sesuai dengan kondisi sekolah lainnya. Karena itu, di bagian awal, penulis menekankan bahwa artikel ini sekedar berbagi pengalaman saja, bukan merekomendasikan untuk menggunakannya. Terima kasih telah membaca. (Eko Hastuti)

Tidak ada komentar: