Wonosobo, Senin, 28 Maret 2011 Jam 03:22:10
Garis adalah
coretan panjang baik lurus, bengkok atau melengkung. Garis lurus dapat menjadi
haluan atau tuntunan hidup. Kalau hidup kita isi dengan berbagai aktivitas
positif. Ya…lurus tidaknya garis yang kita buat akan berdampak pada garis hidup
itu sendiri. Namun, buatlah garis yang lurus jangan bengkok atau melengkung
kalau ingin hidup kita baik-baik saja. Minimal itu upaya kita, doa kita, dan
harapan/asa kita. Bukankah kita hanya bisa berusaha, Tuhan Sang Penentu garis
hidup itu sendiri? Kata orang bijak,
garis hidup itu sudah ditakdirkan oleh Tuhan. Hanya kita sendiri yang bisa
menjaga, memelihara, memupuk dan mengembangkannya, atau mengubah bila itu
mungkin.
Berbicara soal
garis, aku jadi sangat sadar kalau saat kita berada di garis belakang, kita harus tahu posisi dan porsi. Tahu diri
dan tahu situasi. Itulah yang kadang
membuat kita harus berdiam diri pada situasi yang takperlu buka mulut,
unjuk gigi atau tunjuk jari. Biarlah orang berlomba menuju di garis depan untuk
memimpin suatu perlombaan. Beradu cepat membuka jalan tak peduli jalan itu
bengkok atau lengkung. Biarlah orang akan beradu argumentasi biar nampak cerdas
dan pintar sendiri, aku tak suka begitu. Pintar tak perlu dipamerkan, gelar
taktayak diumbar. Pangkat, jabatan, apalagi harta kekayaan sangatlah tabu jadi
bahan obrolan. Orang akan tahu sendiri saat kita diam pun. Karena semua itu
jadi satu garis bila kita menilainya dengan satu sikap bahwa semua itu titipan Tuhan. Kapan pun, di mana pun saat
Tuhan menghendaki garis itu putus, kita stop. Taksanggup lagi menyambungkan
garis dari satu titik ke titik lain karena suratan takdir. Tapi sebelum garis
akhir itu digoreskan, takperlu kita menunggu dalam diam. Banyak yang harus kita
lakukan meski tidak berada di garis depan atau garis tempur. Memang saat di
barisan depan kita menjadi kunci dan
tombak bagi orang-orang di belakang kita? Tapi, saat kita di garis belakang pun
kita tetap memegang peran untuk melakukan apa yang harus kita lakukan sesuai
kapasitas kita masing-masing.
Jadi, jika dibilang
berdiri di garis lurus, itu posisi yang menyulitkan, itu benar. Karena kita
harus pegang kuat-kuat pendirian dan prinsip agar garis itu tetap lurus. Garis
yang taktergoyahkan meski dibengkokkan atau dilengkungkan kecuali kita sendiri
yang melakukan. Karena bila kita yang
melakukan sudah diukur dengan penuh pertimbangan dan kematangan. Aku cukup
paham, bahwa garis yang kubuat adalah goresan nurani yang terdalam. Cerminan
pribadi yang menuntunku membuat coretan-coretan, menghubungkan antara titik -
titik dari hulu ke hilir pada garis
akhir.
Curhat 3
Bulat
Wonosobo, Jumat,
20 Mei 2011 jam 18:35:00 WIB
Kata bulat dapat
bersinonim dengan kata bundar. Artinya tak bersudut atau berbentuk lingkaran.
Saat kusadar bahwa posisi di luar kotak dan garis itu toh tetap masuk dalam
lingkaran, aku terperangah. Bak terbangun dari mimpi di siang bolong, aku
terbengong. Bahwa hidup kapan pun di mana pun selalu masuk pada sebuah
lingkaran/bulatan atau system bahkan mekanisme yang selalu berputar. Roda tak
mungkin ditahan agar as tetap bergerak. Inti dari lingkaran atau bulatan adalah
menyatunya titik-titik menjadi garis yang menghubungkan antara udik dan hilir
antara ujung dan pangkal. Andaikan lingkaran itu layaknya alur atau plot sebuah
prosa fiksi, maka jalinan tahap-tahap alur akan tersaji dengan indah baik itu
dari awal menuju akhir atau sebaliknya.
Bisa juga muncul secara acak agar ending cerita tak bisa diduga apalagi
diakhiri sendiri tanpa kompromi. Mungkin alur kilas balik atau flash back lebih
menantang. Mungkin pula plot campuran yang bikin hati semakin penasaran.
Mungkin….toh alur hidup tak bisa kita yang tentukan. Minimal layar dibentangkan
saat laju perahu tak tentu karena arah angin tak karuan. Artinya hidup tidak
harus ikut arus deras yang menggerus pondasi rumah tapi tidak pula harus
melawan arus kalau energi kita takkuat menahannya. Mungkin dengan berdiri tegak di garis batas pertemuan arus. Asal
tongkat pegangan kita kokoh, garis yang kita bentangkan lurus dan kotak yang
mengotakkan kita musnahkan, mungkin lingkaran yang muncul akan menjadi sebuah
ikatan yang saling menguatkan. Jadilah
bulat kata (sepakat) walau tanpa perundingan di meja bundar. Saat masing-masing
pribadi tahu diri dan tahu porsi tak perlu ada garis apalagi kotak.
Yah….bulatan atau lingkaran telah menjadi ikatan kuat yang akan membuat
mekanisme menjadi sehat.
Artinya tekad
bulat harus dikukuhkan kalau alur akan dimulai untuk mengisi dinamika system
yang hebat. Pancangkan tekadmu, kobarkan semangatmu, kibarkan benderamu tuk
menyongsong hari-hari depanmu yang pasti kan meraih prestasi. Lupakan garis
yang melintang, terjanglah kotak yang menghadang. Mulai detik ini, kumulai
menghubungkan garis menjadi bulat di luar kotak agar tekad yang bulat selalu segar
dan mekar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar