Sekolah merupakan sebuah organisasi yang bergerak atau berkecimpung dalam dunia pendidikan. Sebagai sebuah organisasi atau lembaga, sekolah terdiri dari berbagai elemen atau unsur yang berkait satu sama lain dan saling mendukung terhadap pencapaian tujuan pendidikan di suatu sekolah. Beberapa elemen yang sangat mendukung terhadap pencapaian visi dan misi organisasi sekolah meliputi siswa, guru, kepala sekolah, sarana prasarana, kurikulum, orang tua siswa, komite sekolah, dan masyarakat. Berdasarkan pemantauan penulis selama ini, beberapa sekolah belum memberdayakan semua unsur hingga tercipta iklim sekolah yang kondusif. Akibatnya, kondisi proses belajar mengajar di sekolah belum efektif dan berhasil secara maksimal. Proses dalam mengelola input belum menghasilkan output seperti yang diharapkan bersama oleh semua elemen sekolah.
Misalnya, prosentase kelulusan belum 100%, nilai mata pelajaran nasional belum menggembirakan (rendah), prestasi siswa baik bidangb akademik maupun non akademik belum maksimal, tingkat kedisiplinan dan etika siswa juga masih kurang.
Permasalahan mendasar lainnya yang sangat mendesak untuk segera diatasi adalah rendahnya mutu pendidikan di Indonesia ini. Sementara itu, mutu pendidikan yang rendah sangat berpengaruh secara signifikan terhadap rendahnya sumber daya manusia (SDM) masyarakat Indonesia . Dampak lebih lanjut yaitu rendahnya daya saing kemampuan kerja di berbagai aspek kehidupan. Tentu saja hal ini akan mengurangi tingkat pendapatan penduduk dibandingkan dengan kualitas tenaga kerja dari negara lain.
Karena itu, pihak sekolah perlu mengadakan langkah efektif guna mencarikan solusi akan berbagai kendala yang terjadi dalam penyelenggaraan sekolah selama ini. Inovasi dalam organisasi dipandang perlu agar penyelenggaraan sekolah ke depan lebih baik dan meningkat lagi.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah tersebut, dapat dirumuskan permasalahan inovasi dalam organisasi sekolah sebagai berikut?
Inovasi dalam hal apa sajakah yang perlu dilakukan dalam suatu organisasi sekolah?
Penulisan makalah ini disamping untuk memenuhi tugas mata kuliah Managemen Pendidikan, juga bertujuan agar :
1. memberikan sumbang surung dalam mengatasi berbagai permasalahan di dunia pendidikan khususnya dalam penyelenggaraan sekolah.
2. sebagai wacana dalam melakukan inovasi bagi pihak sekolah yang ingin mengembangkan dan meningkatkan mutu maupun prestasi di sekolah.
3. agar kualitas pendidikan di Indonesia lebih meningkat dan sdm masyarakat Indonesia juga lebih maju
D. Pembahasan
1. Pengertian Inovasi
Secara umum, inovasi didefinisikan sebagai suatu ide, praktek atau obyek yang dianggap sebagai sesuatu yang baru oleh seorang individu atau satu unit adopsi lain. Thompson dan Eveland (1967) mendefinisikan inovasi sama dengan teknologi, yaitu suatu desain yang digunakan untuk tindakan instrumental dalam rangka mengurangi ketidak teraturan suatu hubungan sebab akibat dalam mencapai suatu tujuan tertentu. Jadi, inovasi dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk mencapai tujuan tertentu.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Fullan (1996) menerangkan bahwa tahun 1960-an adalah era dimana banyak inovasi-inovasi pendidikan kontemporer diadopsi, seperti matematika, kimia dan fisika baru, mesin belajar (teaching machine), pendidikan terbuka, pembelajaran individu, pengajaran secara team (team teaching) dan termasuk dalam hal ini adalah sistem belajar mandiri.
Apabila dalam melakukan inovasi organisasi sekolah dipandang kurang berhasil karena salah satu unsur belum berperan dengan baik, maka dilakukan upaya difusi inovasi. Difusi didefinisikan sebagai suatu proses dimana suatu inovasi dikomunikasikan melalui saluran tertentu selama jangka waktu tertentu terhadap anggota suatu sistem sosial. Difusi dapat dikatakan juga sebagai suatu tipe komunikasi khusus dimana pesannya adalah ide baru. Disamping itu, difusi juga dapat diangap sebagai suatu jenis perubahan sosial yaitu suatu proses perubahan yang terjadi dalam struktur dan fungsi sistem sosial. Jelas disini bahwa istilah difusi tidak terlepas dari kata inovasi. Karena tujuan utama proses difusi adalah diadopsinya suatu inovasi oleh anggota sistem sosial tertentu. Anggota sistem sosial dapat berupa individu, kelompok informal, organisasi dan atau sub sistem. Dalam hal ini adalah ide-ide baru dan kreatif yang dilakukan oleh salah satu unsure atau lebih organisasi sekolah dalam rangka mencapai tujuan sekolah, seperti inovasi yang dilakukan oleh guru dalam mengajar, inovasi dalam pengembangan kurikulum, inovasi dalam memanage semua elemen sekolah, inovasi dalam pemberdayaan seluruh potensi dan lingkungan sekolah, dan lain-lain.
2. Inovasi dalam bidang pendidikan
Berikut ini adalah beberapa contoh inovasi pendidikan yang telah dilakukan oleh Depdiknas selama beberapa dekade terakhir ini, yaitu: Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP), Sistem Pengajaran Modul, Guru Pamong, Cara Belajar Siswa Aktif(CBSA) dan sebagainya.
a.Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
Proyek ini bertujuan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan komprehensif dengan nama “Sekolah Pembangunan”. Kerangka sistem itu secara umum digariskan dalam Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 0172 Tahun 1971. Dalam Surat Keputusan tersebut, terdapat beberapa pokok pikiran sebagai berikut (Hasbullah, 2005:
a.Proyek Perintis Sekolah Pembangunan (PPSP)
Proyek ini bertujuan untuk mencoba bentuk sistem persekolahan komprehensif dengan nama “Sekolah Pembangunan”. Kerangka sistem itu secara umum digariskan dalam Surat Keputusan Menteri P dan K Nomor 0172 Tahun 1971. Dalam Surat Keputusan tersebut, terdapat beberapa pokok pikiran sebagai berikut (Hasbullah, 2005:
1). Adanya integrasi antara sekolah dan masyarakat serta pembangunan.
2). Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja produktif.
3). Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik lingkungan sosial, fisik, maupun biologis.
4). Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan, merangsang sesuai dengan tuntutan zaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran ekologi.
5). Sekolah menciptakan keseimbangan fisik emosional intelektual, kultural, dan spiritual, serta keseluruahn pembangunan masyarakat.
6). Sekolah memberi sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta dalam pembangunanmasyarakat.
b.Pengajaran dengan Sistem Modul
Sistem pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar mengajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai tujuan secara optimal.
1). Program yang disusun untuk murid meliputi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS), Lembaran Kerja, Kunci Lembaran Kerja, Lembaran Test, Lembaran Jawaban, dan KunciJawaban.
2). Pedoman yang disusun untuk para pengajar yang disebut “Pedoman Guru” berisi penjelasan mengenai topik yang dibahas (tujuan dan materi). Jenis-jenis kegiatan belajar dan alat-alat yang digunakan, serta petunjuk tentang cara menggunakan alat pelajara dan evaluasi.
3). Murid dan Peranannya dalam Pengajaran Sistem Modul
Para siswa mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk di dalam lembaran kegiatan siswa, menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan, dan mengecek apakah penyelesaian setiap tugas benar atau tidak.
4). Peranan Guru dalam Sistem Pengajaran Modul
Dalam sistem pengajaran modul ini tugas utama guru adalah mengorganisasi dan mengatur proses belajar, antara lain:
5). Menyiapkan situasi belajar yang sesuai.
6). Membantu para siswa yang mengalami kesulitan di dalam memahami isi modul atau melaksanakan tugas.
7). Melaksanakan penilaian terhadap setiap siswa.
2). Sekolah menghasilkan tenaga terdidik sehingga dapat merupakan tenaga kerja produktif.
3). Sekolah menghasilkan manusia terdidik dengan pengertian kesadaran ekologi, baik lingkungan sosial, fisik, maupun biologis.
4). Sekolah menyelenggarakan pendidikan yang menyenangkan, merangsang sesuai dengan tuntutan zaman untuk pendidikan watak, pengetahuan, kecerdasan, keterampilan, kemampuan berkomunikasi, dan kesadaran ekologi.
5). Sekolah menciptakan keseimbangan fisik emosional intelektual, kultural, dan spiritual, serta keseluruahn pembangunan masyarakat.
6). Sekolah memberi sumbangan bagi ketahanan nasional dan ikut serta dalam pembangunanmasyarakat.
b.Pengajaran dengan Sistem Modul
Sistem pengajaran ini bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas belajar mengajar di sekolah, terutama yang berkaitan dengan penggunaan waktu, dana, fasilitas, dan tenaga secara tepat guna dalam mencapai tujuan secara optimal.
1). Program yang disusun untuk murid meliputi Lembaran Kegiatan Siswa (LKS), Lembaran Kerja, Kunci Lembaran Kerja, Lembaran Test, Lembaran Jawaban, dan KunciJawaban.
2). Pedoman yang disusun untuk para pengajar yang disebut “Pedoman Guru” berisi penjelasan mengenai topik yang dibahas (tujuan dan materi). Jenis-jenis kegiatan belajar dan alat-alat yang digunakan, serta petunjuk tentang cara menggunakan alat pelajara dan evaluasi.
3). Murid dan Peranannya dalam Pengajaran Sistem Modul
Para siswa mendapatkan kesempatan lebih banyak untuk belajar sendiri, membaca uraian dan petunjuk di dalam lembaran kegiatan siswa, menjawab pertanyaan-pertanyaan atau melaksanakan tugas-tugas yang harus diselesaikan, dan mengecek apakah penyelesaian setiap tugas benar atau tidak.
4). Peranan Guru dalam Sistem Pengajaran Modul
Dalam sistem pengajaran modul ini tugas utama guru adalah mengorganisasi dan mengatur proses belajar, antara lain:
5). Menyiapkan situasi belajar yang sesuai.
6). Membantu para siswa yang mengalami kesulitan di dalam memahami isi modul atau melaksanakan tugas.
7). Melaksanakan penilaian terhadap setiap siswa.
c.Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif, pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu.Para guru dapat menumbuhkan keterampilan-keterampilan pada siswa sesuai dengan taraf perkembangannya, sehingga mereka memperoleh konsep. Dengan mengembangkan keterampilan-keterampilan memproses perolehan, siswa akan mampu menemukan dan mengembangkan sendiri fakta dan konsep serta mengembangkan sikap dan nilai yang dituntut. Proses belajar-mengajar seperti inilah yang dapat menciptakan siswa belajar aktif (Hendra, 2009).
Pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif) menuntut keterlibatan mental siswa terhadap bahan yang dipelajari. CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada siswa untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif, afektif, maupun psikomotor. Pendekatan CBSA menuntut keterlibatan mental vang tinggi, sehingga terjadi proses-proses mental yang berhubungan dengan aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomolorik. Melalui proses kognitif, pembelajar akan memiliki penguasaan konsep dan prinsip.
Siswa pada hakikatnya memiliki potensi atau kemampuan yang belum terbentuk secara jelas, maka kewajiban gurulah untuk merangsang agar mereka mampu menampilkan potensi itu.
3. Cara mengatasi kendala inovasi pendidikan
Untuk mengatasi masalah-masalah dan kendala dalam pelaksanaan inovasi pendidikan di Indonesia antara lain adalah sebagai berikut:
1.Guru
Guru merupakan pemeran utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru di sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. Guru adalah seorang manajer yang mengelola proses pembelajaran, merencanakan, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa (Yamin, 2007: 73). Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru adalah sebagai fasilitator (guide in the side) yang harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai, dengan cara yang lebih baik.
Guru merupakan pemeran utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, peran guru di sekolah memiliki peran ganda, di pundak merekalah terletak mutu pendidikan. Guru adalah seorang manajer yang mengelola proses pembelajaran, merencanakan, mendesain pembelajaran, melaksanakan aktivitas pembelajaran bersama siswa, dan melakukan pengontrolan atas kecakapan dan prestasi siswa (Yamin, 2007: 73). Guru sebagai ujung tombak dalam pelaksanaan pendidikan merupakan sosok yang sangat berpengaruh dalam proses belajar mengajar di sekolah. Kepiawaian dan kewibawaan guru sangat menentukan kelangsungan proses belajar mengajar di kelas maupun efeknya di luar kelas. Guru adalah sebagai fasilitator (guide in the side) yang harus pandai membawa siswanya kepada tujuan yang hendak dicapai, dengan cara yang lebih baik.
Kewibawaan guru sebetulnya terletak pada diri guru itu sendiri. Ada beberapa hal yang dapat membentuk kewibawaan guru antara lain adalah penguasaan materi yang diajarkan, metode mengajar yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa, hubungan antar individu, baik dengan siswa maupun antar sesama guru dan unsur lain yang terlibat dalam proses pendidikan seperti administrator—misalnya, kepala sekolah dan tata usaha serta masyarakat sekitarnya, dan pengalaman dan keterampilan guru itu sendiri.
Dengan demikian, dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan.
Dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat, karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, dan sekaligus sebagai teman. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya tidak saja hanya memiliki hard skills tetapi juga soft skills.
Dengan demikian, dalam pembaharuan pendidikan, keterlibatan guru mulai dari perencanaan inovasi pendidikan sampai dengan pelaksanaan dan evaluasinya memainkan peran yang sangat besar bagi keberhasilan suatu inovasi pendidikan.
Dalam suatu inovasi pendidikan, gurulah yang utama dan pertama terlibat, karena guru mempunyai peran yang luas sebagai pendidik, sebagai orang tua, dan sekaligus sebagai teman. Oleh karena itu, seorang guru seharusnya tidak saja hanya memiliki hard skills tetapi juga soft skills.
Dengan menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik, berikut ini diuraikan beberapa tambahan peranan yang baru bagi guru dan merupakan inovasi dari peran guru, yaitu:
• Menerapkan kegiatan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik adalah:
1. memahami dan mengetahui secara jelas ke arah mana peserta didik secara kognitif dikehendaki akan berkembang. Dalam hal ini, guru hendaknya mengetahui tingkat kemampuan berpikir yang dituntut untuk dikembangkan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
2. menggunakan analogi dan metaphor, sehingga peserta didik dapat lebih memahami penjelasan guru.
3. mengembangkan mekanisme yang tidak berbahaya dan juga tidak menakutkan untuk terjadinya dialog tidak langsung antara guru dan peserta didik.
• Mengembangkan pertanyaan yang bersifat “memaksa” peserta didik untuk menguraikan apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari. Hendaknya guru benar-benar menghindari pertanyaan, seperti “Apakah ada pertanyaan?” Guru hendaknya juga memberikan berbagai kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan/dan atau menjelaskan materi yang baru saja selesai dibahas. Peserta didik juga haruslah dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat penetrasi.
• Menggunakan alat/sarana visual untuk membantu peserta didik agar dapat “melihat” bagaimana informasi dapat dihubungkan dan mengajarkan kepada peserta didik cara-cara penggunaan sarana/alat visual.
• Mendorong pembentukan kelompok-kelompok belajar dan memfungsikannya. Kelompok belajar dapat dibentuk dalam berbagai bentuk tergantung pada besarnya kelas, mata pelajaran, dan pendapat/pemikiran guru.
2.Peserta didik
Peserta didik atau siswa adalah obyek utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga memegang peranan yang sangat dominan. Mereka adalah suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan peserta didik atau siswa dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama harus dilaksanakan dengan konsekuen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi atau penolakan terhadap inovasi yang diterapkan.
Berikut ini adalah karakteristik model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, yaitu sebagai berikut:
1. guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ketimbang sebagai penyaji pengetahuan,
2. pengelolaan kelas yang lebih kondusif terhadap kegiatan dan interaksi peserta didik yang mengarah pada pengalaman belajar yang produktif,
3. peserta didik aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran ketimbang hanya duduk manis dan pasif selama kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas.
4. membutuhkan investasi waktu dan energi untuk menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.
Pelaksanaan inovasi tentang peserta didik atau siswa tidak terlepas dari inovasi tentang guru itu sendiri. Terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan agar pelaksanaan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik berhasil, yaitu:
1. mengubah paradigma guru menjadi fasilitator pembelajaran;
2. komitmen guru dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk membelajarkan peserta didik tentang berbagai materi pengetahuan;
3. kesediaan guru untuk mencoba menerapkan pendekatan baru dalam mengelola kelas, dan melihat secara kritis usaha penerapan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik;
4. inisiatif guru untuk bergabung dengan kelompok masyarakat pengembang strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.
3.Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 1999: 18).
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi siswa, sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan, baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran (guide in the side) sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakandiatas.
4.Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, perpustakaan,dansebagainya.
5.LingkupSosialMasyarakat
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan inovasi pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.
6.Teknologi dan Informasi Komunikasi dalam Media Pembelajaran
Pendidikan di era informasi ini merupakan pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Hal ini dapat ditempuh dengan memanfaatkan teknologi.
Perkembangan teknologi seperti kita saksikan dewasa ini, seperti portofolio elektronik, game dan simulasi komputer, buku digital, wireless dan mobile computing merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi organisasi pendidikan. Pendidikan dengan meningkatkan pendayagunaan SDM dan teknologi informasi dan telekomunikasi diyakini akan dapat meningkatkan keunggulan proses belajar mengajar, sehingga pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga mampu bersaing di kancah global.
1. memahami dan mengetahui secara jelas ke arah mana peserta didik secara kognitif dikehendaki akan berkembang. Dalam hal ini, guru hendaknya mengetahui tingkat kemampuan berpikir yang dituntut untuk dikembangkan oleh peserta didik selama kegiatan pembelajaran berlangsung,
2. menggunakan analogi dan metaphor, sehingga peserta didik dapat lebih memahami penjelasan guru.
3. mengembangkan mekanisme yang tidak berbahaya dan juga tidak menakutkan untuk terjadinya dialog tidak langsung antara guru dan peserta didik.
• Mengembangkan pertanyaan yang bersifat “memaksa” peserta didik untuk menguraikan apa yang sebenarnya sedang mereka pelajari. Hendaknya guru benar-benar menghindari pertanyaan, seperti “Apakah ada pertanyaan?” Guru hendaknya juga memberikan berbagai kesempatan kepada peserta didik untuk membuat kesimpulan/dan atau menjelaskan materi yang baru saja selesai dibahas. Peserta didik juga haruslah dikondisikan untuk mengajukan pertanyaan yang bersifat penetrasi.
• Menggunakan alat/sarana visual untuk membantu peserta didik agar dapat “melihat” bagaimana informasi dapat dihubungkan dan mengajarkan kepada peserta didik cara-cara penggunaan sarana/alat visual.
• Mendorong pembentukan kelompok-kelompok belajar dan memfungsikannya. Kelompok belajar dapat dibentuk dalam berbagai bentuk tergantung pada besarnya kelas, mata pelajaran, dan pendapat/pemikiran guru.
2.Peserta didik
Peserta didik atau siswa adalah obyek utama dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga memegang peranan yang sangat dominan. Mereka adalah suatu komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Dalam proses belajar mengajar, siswa dapat menentukan keberhasilan belajar melalui penggunaan intelegensia, daya motorik, pengalaman, kemauan dan komitmen yang timbul dalam diri mereka tanpa ada paksaan. Oleh karena itu, penting untuk melibatkan peserta didik atau siswa dalam proses inovasi pendidikan, walaupun hanya dengan mengenalkan kepada mereka tujuan dari pada perubahan itu mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan, sehingga apa yang mereka lakukan merupakan tanggung jawab bersama harus dilaksanakan dengan konsekuen.
Peran siswa dalam inovasi pendidikan tidak kalah pentingnya dengan peran unsur-unsur lainnya, karena siswa bisa sebagai penerima pelajaran, pemberi materi pelajaran pada sesama temannya, petunjuk, dan bahkan sebagai guru. Oleh karena itu, dalam memperkenalkan inovasi pendidikan sampai dengan penerapannya, siswa perlu diajak atau dilibatkan sehingga mereka tidak saja menerima dan melaksanakan inovasi tersebut, tetapi juga mengurangi resistensi atau penolakan terhadap inovasi yang diterapkan.
Berikut ini adalah karakteristik model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik, yaitu sebagai berikut:
1. guru lebih berperan sebagai fasilitator dalam kegiatan pembelajaran ketimbang sebagai penyaji pengetahuan,
2. pengelolaan kelas yang lebih kondusif terhadap kegiatan dan interaksi peserta didik yang mengarah pada pengalaman belajar yang produktif,
3. peserta didik aktif dalam kegiatan yang berkaitan dengan pembelajaran ketimbang hanya duduk manis dan pasif selama kegiatan belajar berlangsung di dalam kelas.
4. membutuhkan investasi waktu dan energi untuk menerapkan model pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.
Pelaksanaan inovasi tentang peserta didik atau siswa tidak terlepas dari inovasi tentang guru itu sendiri. Terdapat beberapa persyaratan yang harus diperhatikan agar pelaksanaan pembelajaran yang berfokus kepada peserta didik berhasil, yaitu:
1. mengubah paradigma guru menjadi fasilitator pembelajaran;
2. komitmen guru dalam menyediakan waktu dan tenaga untuk membelajarkan peserta didik tentang berbagai materi pengetahuan;
3. kesediaan guru untuk mencoba menerapkan pendekatan baru dalam mengelola kelas, dan melihat secara kritis usaha penerapan pembelajaran yang berfokus pada peserta didik;
4. inisiatif guru untuk bergabung dengan kelompok masyarakat pengembang strategi pembelajaran yang berfokus pada peserta didik.
3.Kurikulum
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaan kegiatan belajar mengajar. Isi kurikulum merupakan susunan dan bahan kajian dan pelajaran untuk mencapai tujuan penyelenggaraan satuan pendidikan yang bersangkutan, dalam rangka upaya pencapaian tujuan pendidikan nasional (Hamalik, 1999: 18).
Kurikulum pendidikan, lebih sempit lagi kurikulum sekolah meliputi program pengajaran dan perangkatnya merupakan pedoman dalam pelaksanaan pendidikan dan pengajaran di sekolah. Oleh karena itu, kurikulum sekolah dianggap sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam proses belajar mengajar di sekolah, sehingga dalam pelaksanaan inovasi pendidikan, kurikulum memegang peranan yang sama dengan unsur-unsur lain dalam pendidikan. Tanpa adanya kurikulum dan tanpa mengikuti program-program yang ada di dalamnya, maka inovasi pendidikan tidak akan berjalan sesuai dengan tujuan inovasi itu sendiri. Oleh karena itu, dalam pembaharuan pendidikan, perubahan itu hendaknya sesuai dengan perubahan kurikulum atau perubahan kurikulum diikuti dengan pembaharuan pendidikan dan tidak mustahil perubahan dari kedua-duanya akan berjalan searah.
Kurikulum dikembangkan sedemikian rupa dalam bentuk yang lebih kenyal atau lunak dan fleksibel sesuai dengan kondisi lingkungan dan kondisi siswa, sehingga memberikan peluang untuk terjadinya proses pembelajaran maju berkelanjutan, baik dalam dimensi waktu maupun ruang dan materi. Dalam situasi seperti ini, guru bertindak sebagai fasilitator pembelajaran (guide in the side) sesuai dengan peran-peran sebagaimana dikemukakandiatas.
4.Fasilitas
Fasilitas, termasuk sarana dan prasarana pendidikan, tidak bisa diabaikan dalam dalam proses pendidikan, khususnya dalam proses belajar mengajar. Dalam pembaharuan pendidikan, tentu saja fasilitas merupakan hal yang ikut mempengaruhi kelangsungan inovasi yang akan diterapkan. Tanpa adanya fasilitas, maka pelaksanaan inovasi pendidikan akan bisa dipastikan tidak akan berjalan dengan baik. Fasilitas, terutama fasilitas belajar mengajar merupakan hal yang esensial dalam mengadakan perubahan dan pembaharuan pendidikan. Oleh karena itu, dalam menerapkan suatu inovasi pendidikan, fasilitas perlu diperhatikan. Misalnya ketersediaan gedung sekolah, bangku, meja, perpustakaan,dansebagainya.
5.LingkupSosialMasyarakat
Dalam menerapkan inovasi pendidikan, ada hal yang tidak secara langsung terlibat dalam perubahan tersebut tapi bisa membawa dampak, baik positif maupun negatif, dalam pelaksanaan inovasi pendidikan. Masyarakat secara tidak langsung atau tidak langsung, sengaja maupun tidak, terlibat dalam pendidikan. Sebab, apa yang ingin dilakukan dalam pendidikan sebenarnya mengubah masyarakat menjadi lebih baik, terutama masyarakat di mana peserta didik itu berasal. Tanpa melibatkan masyarakat sekitarnya, inovasi pendidikan tentu akan terganggu, bahkan bisa merusak apabila mereka tidak diberitahu atau dilibatkan. Keterlibatan masyarakat dalam inovasi pendidikan sebaliknya akan membantu inovator dan pelaksana inovasi dalam melaksanakan inovasi pendidikan.
6.Teknologi dan Informasi Komunikasi dalam Media Pembelajaran
Pendidikan di era informasi ini merupakan pendidikan yang berbasis teknologi informasi dan telekomunikasi. Hal ini dapat dilihat dari semakin maraknya penggunaan teknologi dalam proses pembelajaran. Pendidikan yang efektif adalah suatu pendidikan yang memungkinkan peserta didik untuk dapat belajar dengan mudah, menyenangkan dan dapat tercapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan. Dengan demikian, pendidik (dosen, guru, instruktur, dan trainer) dituntut untuk dapat meningkatkan keefektifan pembelajaran agar pembelajaran tersebut dapat berguna. Hal ini dapat ditempuh dengan memanfaatkan teknologi.
Perkembangan teknologi seperti kita saksikan dewasa ini, seperti portofolio elektronik, game dan simulasi komputer, buku digital, wireless dan mobile computing merupakan tantangan dan sekaligus peluang bagi organisasi pendidikan. Pendidikan dengan meningkatkan pendayagunaan SDM dan teknologi informasi dan telekomunikasi diyakini akan dapat meningkatkan keunggulan proses belajar mengajar, sehingga pada gilirannya nanti akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia, sehingga mampu bersaing di kancah global.
E. Simpulan
Inovasi merupakan perubahan yang direncanakan oleh organisasi dengan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan dan penerapan gagasan-gagasan baru agar menjadi kenyataan yang bermanfaat dan menguntungkan. Proses inovasi dapat dianalogikan sebagai proses pemecahan masalah yang di dalamnya terkandung unsur kreativitas. Dalam hal inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti kepala sekolah, guru dan siswa.
Keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu faktor tertentu saja, tetapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti, karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu, mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.
Tantangan di era globalisasi dan informasi perlu dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Harus diakui bahwa keunggulan proses belajar mengajar dapat dikembangkan melalui proses inovasi pendidikan dengan paradigma baru, yaitu pendidikan dengan mendayagunakan SDM, teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu diperlukan suatu penyebarluasan (difusi) agar semua pihak, baik insan pendidikan maupun masyarakat umum dapat terlibat secara langsung melakukan gerakan pembaruan (inovasi) pendidikan.
Referensi
Inovasi merupakan perubahan yang direncanakan oleh organisasi dengan kegiatan yang berorientasi pada pengembangan dan penerapan gagasan-gagasan baru agar menjadi kenyataan yang bermanfaat dan menguntungkan. Proses inovasi dapat dianalogikan sebagai proses pemecahan masalah yang di dalamnya terkandung unsur kreativitas. Dalam hal inovasi pendidikan sebagai usaha perubahan pendidikan tidak bisa berdiri sendiri, tetapi harus melibatkan semua unsur yang terkait di dalamnya, seperti inovator, penyelenggara inovasi seperti kepala sekolah, guru dan siswa.
Keberhasilan inovasi pendidikan tidak saja ditentukan oleh satu faktor tertentu saja, tetapi juga oleh masyarakat serta kelengkapan fasilitas. Inovasi pendidikan yang berupa top-down model tidak selamanya berhasil dengan baik. Hal ini disebabkan oleh banyak hal, antara lain adalah penolakan para pelaksana seperti guru yang tidak dilibatkan secara penuh baik dalam perencananaan maupun pelaksanaannya. Sementara itu inovasi yang lebih berupa bottom-up model dianggap sebagai suatu inovasi yang langgeng dan tidak mudah berhenti, karena para pelaksana dan pencipta sama-sama terlibat mulai dari perencanaan sampai pada pelaksanaan. Oleh karena itu, mereka masing-masing bertanggung jawab terhadap keberhasilan suatu inovasi yang mereka ciptakan.
Tantangan di era globalisasi dan informasi perlu dimanfaatkan sebagai peluang untuk meningkatkan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Harus diakui bahwa keunggulan proses belajar mengajar dapat dikembangkan melalui proses inovasi pendidikan dengan paradigma baru, yaitu pendidikan dengan mendayagunakan SDM, teknologi informasi dan komunikasi. Untuk itu diperlukan suatu penyebarluasan (difusi) agar semua pihak, baik insan pendidikan maupun masyarakat umum dapat terlibat secara langsung melakukan gerakan pembaruan (inovasi) pendidikan.
Referensi
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan R.I. (1990). Kamus Besar Bahasa Indonesia . Jakarta : Balai Pustaka.
Hamalik, O. (1999). Kurikulum dan Pembelajaran. Hasbullah. (2005). Dasar-dasar Ilmu Pendidikan.
Hendra, A. (2009). “Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)”, tersedia di http://nyongandikahendra.blogspot.com/2009/04/cara-belajar-siswa-aktif- cbsa.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar