|
Maria Bo Niok menjawab pertanyaan peserta |
Itulah judul workshop kepenulisan yang diselenggarakan Perpusda Wonosobo
bekerja sama dengan Yayasan Tirto Utomo, Senin, 28 Januari 2013 mulai jam 08.30
-13.00 WIB di ruang Audio Visual Perpusda setempat. Kegiatan yang diikuti oleh
berbagai perputakaan desa yang tersebar di seluruh penjuru Wonosobo ini
menghadirkan penulis perempuan kenamaan Wonosobo, Maria Bo Niok sebagai nara
sumber utama. Sedangkan Ripta, pegawai Perpusda bagian layanan Referensi menjadi
pemateri kedua dengan judul “ Mecari Inspirasi Menulis “.
|
Ripta sedang menyampaikan materi |
Agenda tahunan ini
sudah yang keempat dalam serangkaian kegiatan Tirto Utomo Award bagi kemajuan
pendidikan di Wonosobo, khususnya bidang literasi sastra dan non sastra. “ Karya
sastra adalah bagian dari budaya dan mencerminkan sebuah peradaban. Kualitas
karya sastra mencerminkan identitas jati diri dan bukti keberpihakannya pada
nilai kehidupan yang sedang berjalan” kata Maria Bo Niok. Karena itu, workshop
penulisan cerpen diselenggarakan sebagai ajang berbagi dan berlatih bagaimana
cara menulis cerpen yang ‘nyastra’.
|
Peserta dari SMPN 1 Wonosobo bersama Maria Bo Niok |
Sebenarnya menulis mudah itu
bagi yang sudah biasa, bagi pemula tetap harus mengalami proses kreatif yang kadang terasa sulit. Yang
penting terus menulis, entah nanti mau jadi cerpen, novel, puisi dan lainnya
itu urusan nanti. Sering membaca dan berlatih menangkap gambaran kehidupan di
sekeliling kita menjadi modal menulis.
Soal tata tulis dan tanda baca, jangan menjadi kendala pada awal
menulis. Tulis apa saja dengan variasi kata agar enak dibaca dan menarik. Jika
proses kreatif menulis terus berjalan, menulis akan menjadi kebutuhan. Seperti
kata Paul Jenings, “ Menulis adalah keperluan pribadi bukan tugas. Karena di
dalamnya ada kesenangan dan manfaat untuk kehidupan sehari-hari. Ada nilai yang
tidak terukur dalam kegiatan ini (menulis)”.
Hal senada juga disampaikan oleh
Suripta dengan mengutip pernyataan bahwa tulisan kabur pun lebih bagus dari
memori. Artinya, seperti apa tulisan kita masih lebih baik dari pada sekedar
angan-angan atau ingatan yang tersimpan di kepala. Memori otak kita sangat
terbatas, karena itu perlu media untuk mengabadikannya dengan tulisan. Entah
itu karya fiksi maupun non fiksi. Sumber inspirasi itu dapat diperoleh dari
berbagai cara. Mengamati sekitar kita, membaca buku/majalah/koran/tabloid bisa
memperkaya wawasan, melihat film, membaca Al-Qur’an, dan sebagainya. Ajang
berlatih menulis dengan mengikuti berbagai lomba penulisan atau dengan mengirim
karya ke media. Untuk tulisan jenis fiksi perlu mengingat , walaupun karya
imajinatif tetapi tetap berpijak pada kehidupan nyata. Bagi pemula, Ripta
memberi tips menulis, antara lain : nulis yang kecil-kecil dulu, nulis di
sela-sela waktu luang, paksakan diri untuk terus menulis apa saja, nggak ada
sesuatu itu instan maka perlu proses, dan bisa memulai dengan menulis
pengalaman unik atau menulis surat pembaca.
|
Aku bersama Diffa, Lintang, Maria Bo Niok, dan Erina |
Dalam pelatihan ini,
Perpustakaan Srikandi, Andongsili, Mojotengah, Wonosobo mengirim lima orang
peserta yang juga siswa SMPN 1 Wonosobo, yakni Adrian, Diffa, Lintang, Erina
dan Eko Hastuti selaku pengelola dan pembimbing menulis kreatif. Acara ditutup
tepat jam 13.00 WIB oleh pustakawan Perpusda
selaku ketua penyelenggara, Hartati Ngesti dengan ceria. Peserta mendapat
sertifikat pelatihan dan snack di akhir acara. Makasih ya Mbak Tatik, yang
sering-sering saja acaranya, he..he..
(Eko Hastuti).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar