Maaf El (penyair wonosobo), aku memaksakan melahirkan sebuah puisi untuk contoh peserta ekskul jurnalistik. Nyatanya, hasilnya kacau. Jalinan kata dan untaian imajinasiku nyaris takbermakna. Tidak seindah puisi-puisimu. Tapi, cukuplah untuk contoh puisi yang deskriptif (menggambarkan suasana/keadaan) dalam episode waktu dalam kehidupan ini, khususnya saat senja. Silakan El untuk mencermati larik-larik puisi ini. Mungkin bisa jadi bahan diskusi.
KILAU SENJA
lembayung senja merapat
merambat dalam kemilau kuning jingga
sambut hadirnya
malam nan kelam
di sudut peraduan
mentari di
cakrawala barat
mendekap hangat
begitu kuat
desir angin
menyibakkan sayap
merayap pekat
dendangkan nada
dengungkan lagu
merona antara
duka lara
dan suka
cita
beriring dalam
bilangan waktu
hingga
detik-detik menjadi nyata
poleskan episode
kehidupan
guratkan peran yang
dimainkan
senja selalu
sigap
hantarkan rembang
petang ke dalam gelap
kala luka kian
menganga
pilu terasa ngilu
harapan tak
terjawab
dan cinta tak
terbalaskan
malam pun
bermandikan peluh
tempat ku bersimpuh
sebelum subuh
warna senja tetap
merona
berbingkai lembayung
jingga
begitu mempesona
Manggisan Asri, 03102012
(Puisi tersebut lalu diedit oleh El, jadinya seperti berikut ini)
]epilog sepi[
izinkan aku merayapi gelap
bau pelayat memekat di kidung kelam.
tolong tuang anggurku
agar kemabukan mendesir di pesisir
melahir hasrat, membuka tirai berjuntai
menyelami ruang di antara dada dan rasa
lalu tenggelam bersama desauNya
kalibeber, 03102012
izinkan aku merayapi gelap
bau pelayat memekat di kidung kelam.
tolong tuang anggurku
agar kemabukan mendesir di pesisir
melahir hasrat, membuka tirai berjuntai
menyelami ruang di antara dada dan rasa
lalu tenggelam bersama desauNya
kalibeber, 03102012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar