Senin, 23 April 2012

NILAI KARAKTER UJIAN NASIONAL


Oleh : Eko Hastuti

Lepas dari pro dan kontra penyelenggaraan ujian nasional bagi siswa jenjang SMP, mulai hari ini, Senin, 23 April 2012 hingga Kamis, 26 April 2012 lusa ujian nasional dilaksanakan serentak di seluruh pelosok tanah air. Tidak peduli itu bagi siswa yang berdomisili di kota, desa, gunung, atau pun di daerah pesisir atau kawasan pantai. Ada kecemasan yang menggejala di benak berbagai kalangan yang terlibat langsung dengan momen yang sangat dilematis ini.
Guru, kepala sekolah, orang tua siswa, pejabat terkait di daerah, lebih-lebih siswa itu sendiri. Masing-masing mempunyai kepentingan yang sebenarnya bisa dinetralisir apabila sistem pendidikan tidak terlanjur bermuatkan ideologi industri.” Ujian nasional bagaikan jalan sakti untuk meraih kehidupan. Harus diakui pula, sistem ujian nasional tidak lahir dari kebudayaan dan filosofi pendidikan yang hakiki. Ujian nasional, sadar atau tidak, seakan dimaksudkan untuk menjaring sumber daya manusia yang lahir dari ideologi industri”, kata Saratri Wilonoyudho, dalam artikelnya yang berjudul ” Ujian yang Didramatisasi, (Jawa Pos, Jumat, 20 April 2012).
Demi tercapainya target dari kesertaan ujian nasional, yakni lulus ujian, berbagai upaya telah dilaksanakan oleh berbagai pihak. Sekolah membuat kebijakan strategis berupa Program Sukses UN. Penambahan jam pelajaran, tryout, melakukan doa bersama (istighosah), bimbingan konseling khusus menghadapi UN, dan sebagainya. Orang tua yang merasa belum cukup dan yakin dengan persiapan itu masih ada yang memasukkan putranya di lembaga bimbingan belajar swasta dengan biaya yang tidak murah. Tentunya bagi orang tua yang cukup dari segi finansial. Fakta ini semakin melebarkan jurang pemisah bagi siswa yang nota bene berasal dari sekolah pinggiran serta dari kalangan keluarga kelas bawah. Guru mata pelajaran nasional (Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, Matematika, dan IPA) menanggung beban yang berat. Semaksimal mungkin membekali anak dengan pengayaan dan pelatihan soal secara insentif hingga tidak kenal waktu dan lelah. Sementara siswa sendiri mau tidak mau harus mempelajari dan melahap habis soal-soal yang diberikan guru. Ada banyak cerita yang disuarakan siswa, capai, jenuh, penat, bahkan stres. Tersitanya banyak waktu untuk belajar dan belajar, siswa merasakan kurang adanya keseimbangan variasi hidup seperti berolah raga, bermain, rekreasi, atau sekedar rileks yang cukup dan menyegarkan. Belum lagi beban mental yang ditanggung, seperti khawatir, takut, tegang, dan cemas yang berlebihan. Hingga hari menjelang UN semakin dekat dan dekat, seolah tinggal menghitung hari. Sabtu, 21 April 2012 menjadi hari terakhir menghitung hari sebelum sampai ke hari H (UN) yang petama kali (Senin, 23 April). Siswa kelas 9 dengan wajah sembab, sendu  dan hormat memohon maaf serta doa restu kepada seluruh guru sambil berjabat tangan. Seakan mereka butuh kekuatan moril untuk menghadapi ujian nasional. Ada karakter positif yang muncul dalam situasi sesaat itu. Siswa dengan mudah merasa punya banyak salah hingga harus meminta maaf dengan semua guru. Sesama siswa juga merasa ada rasa senasip sepenanggungan, perasaan yang selama ini mungkin tidak dimiliki oleh setiap siswa. Sesama siswa pun saling meminta maaf dan memaafkan. Ada perasaan haru dalam nuansa itu. Andai nilai-nilai karakter (meminta maaf setelah berbuat salah, hormat pada guru, hormat dan menghargai orang tua, menghargai teman, dsbnya) melekat di hati setiap siswa, sangatlah bagus. Andai nilai-nilai kejujuran, kerja keras, pantang menyerah, tekun, ulet dan teliti saat mengikuti program sukses UN sudah tumbuh di awal tahun, tentu UN tidak akan mencemaskan apalagi menakutkan. Bukankah penilaian itu merupakan salah satu unsur dari proses pendidikan? Lulus atau gagal juga konsekuensi sebuah penilaian /ujian?
Upaya pemerintah untuk meminimalisir tindak kecurangan dan ketidakjujuran juga nampak pada penyelenggaraan UN tahun ini. Sistem pengawasan lebih diperketat walaupun tidak melibatkan lembaga independen. Mengingat keterlibatan lembaga independen pada tahun-tahun sebelumya agaknya tidak begitu berarti. Toh tindak kecurangan tetap saja terjadi. Kemajuan sistem penyelenggaraan UN tahun ini, antara lain : a) Denah pembagian paket soal tidak diketahui sebelumnya. Pengawas baru mengetahui setelah membuka amplop soal. Siswa juga tidak tahu paket soal karena denah berganti setiap hari. Siswa mengetahui setelah bel mengerjakan tepat jam 08.00 mulai, artinya siswa boleh membuka soal yang dibagikan dalam posisi terbalik. Panitia penyelenggara tidak tahu-menahu hal itu karena selain pengawas tidak diperkenankan memasuki ruang ujian; b) Siswa disuruh menyalin pernyataan : ” Saya mengerjakan soal ujian dengan jujur ”. Hal ini tentu berdampak positif bagi siswa untuk tidak menyontek atau berbuat curang, seperti menggunakan HP untuk menanyakan atau memberi jawaban; c) Dengan tegas pada salah satu butir tata tertib peserta UN dinyatakan bahwa siswa dilarang membawa alat berupa HP, kalkulator, buku, atau contekan ke dalam ruang ujian. Walaupun mungkin masih ada yang nekat membawa, namun setidaknya telah membuat peserta berpikir dua kali karena ada sangsi yang tegas; d) Pengawas harus mengisi lembar Fakta Integritas agar bertugas secara jujur dan bertanggungjawab. Lembar ini pada tahun-tahun sebelumnya belum ada; d) Segel pada amplop berbentuk panjang dan agak lebar, bertuliskan ” DOKUMEN NEGARA, SANGAT RAHASIA”. Secara tidak langsung, pengawas merasa bertugas sebagai abdi negara yang harus bekerja dengan sungguh-sungguh, jujur, dan bertanggungjawab. Bagi pengawas menjadi peringatan besar karena membawa konsekuensi yang berat bila melanggar/memalsukan dokumen/mencurangi tugas negara.
Perubahan sistem pelaksanaan UN tersebut memang hanya sebuah sistem/aturan. Pelaksanaan di lapangan masing sangat bergantung dengan manusia-manusia yang melaksanakan. Apa pun sistemnya, kalau memang ada niat untuk berbuat tidak jujur, mungkin masih ada celahnya. Namun, beberapa kemajuan sistem tahun ini, setidaknya telah mengkondisikan panitia, pengawas, maupun peserta untuk bersikap hati – hati, cermat, jujur, dan bertanggungjawab. Agar penyelenggaraan pendidikan kembali ke filosofi yang hakiki, yakni upaya penanaman sikap hidup, pandangan hidup, nilai-nilai tentang kehidupan, dan keterampilan hidup. Hal ini sesuai dengan acuan ideologis pendidikan yang menyangkut empat hal. Yakni, (1) mengembangkan kreativitas, kebudayaan dan peradaban, (2) mendukung diseminasi nilai keunggulaan, (3) mengembangkan nilai-nilai demokrasi, kemanusiaan, keadilan, dan keagamaan, dan (4) menumbuhkembangkan secara berkelanjutan kinerja kreatif dan kondusif yang koheren dengan nilai-nilai moral (Saratri Wilonoyudho, Jawa Pos, 23 April 2012). Semoga penyelenggaraan ujian di tahun-tahun mendatang lebih baik, entah itu berupa Ujian Nasional atau model lain yang lebih dapat diterima oleh berbagai pihak di seluruh wilayah Tanah Air  ini. Sehingga hajatan besar (UN) di dunia pendidikan khususnya  pada  jenjang SMP dan SMA ini tidak menimbulkan pro dan kontra lagi.

4 komentar:

Heni Johan mengatakan...

ijin bookmarks blognya ya bu....tambah terus postingannya....

ijin share: Solusi sehat dengan Nectura....buat para pembaca blog bu Hastuti.......

Bakharuddin mengatakan...

Ass..salam kenal bu

Eko Hastuti mengatakan...

Buat Mas Heni Johan : Silakan Mas Heni Johan, makasih dah mampir di blog AYO MENULIS.Salam kenal

Buat Mas Bakharuddin : Wa'alaikum salam. Salam kenal juga. Makasih lho dah mampir di AYO MENULIS

ibu wulan mengatakan...


AssalamuAlaikum wr"wb Allahu Akbar-Allahu Akbar allah mahabesar.
Kenalkan saya IBU ULAN TKI membernya yang kemarin aki brikan nmr 4D
asal dari kota MEDAN, jadi tki di SINGAPUR, mau mengucapkan banyak2
trimakasih kepada KI PALAH yg sdh membantu kami sekeluarga melalui
nmr TOGEL SINGAPUR 4D Keluar hari rabu kemarin
allahamdulillah benar-benar kluar akhirnya dapat BLT Rp.500jt,
sesuai niat kami kemarin KI, klo sdh jackpot, kami
mau pulan kampung buka usaha & berhenti jadi TKI, TKW,
cepek jadi prantauan aki kerena sdh 15 tahun
jadi tkw nga ada perkembangan, jangankan dibilang
sukses buat kirim ke Kampung pun buat keluarga susah KI,
malu KI ama kluarga pulang nga bawah apa2, kita disini hanya
dpt siksaan dari majikan terkadan gaji tdk dikasih, jadi sekali
lagi trimakasih byk buat aki sdh membantu kami, saya tdk bakal l
upa seumur hidup saya atas batuan & budi baik KI PALAH terhadap kami.
Buat sahabat2 tki & tkw yg dilandai masalah/ingin
pulang kampung tdk ada ongkos, dan keadaannya sdh kepepet
tdk ada pilihan lain lg. jangan putus asa, disini kami sdh
temukan solusi yg tepat akurat & trpercaya banyak yg akui ke
ahliannya di teman2 facebook dengan jaminan tdk bakal kecewa,
jelas trasa bedahnya dengan AKI-AKI yang lain, sdh berapa org yg kami
telpon sebelum KI PALAH semuanya nihil, hanya menambah beban, nga kaya
KI PALAH kmi kenal lewat teman facebook sdh terbukti membantu
ratusan tki & tkw termasuk kami yg dibrikan motipasi sangat besar,
demi allah s.w.t ini kisah nyata kami yg tak terlupakan dalam hidup kami AKI,
sekali lagi trimakasih byk sdh membantu kami,skrg kami sdh bisa pulang
dengan membawa hasil.
Jika sahabat2 merasakan hal yang sama dengan kami.
silahkan Hubungi KI PALAH siapa cepat dia dapat,
TERBATASI penerimaan member...wajib 9 member bisa diterimah
dlm 3x putaran.Hubungi 0823 8831 6351 atau kunjungi situs beliau dengan cara klik
>>>>KLIK DI SINI<<<<