Rabu, 21 September 2011

Catatan Harian Eko Hastuti dalam Kotak, Garis, dan Bulat

Curhat 1  Kotak
Wonosobo, Minggu, 27 Maret 2011, jam 21 : 12: 19
Hujan semakin keras terdengar gemerisiknya. Seperti tentara baris dengan langkah tegap dan serentak menimbulkan irama yang kompak. Setiap langkahnya  seakan mengkoyak-koyak batinku yang sedang bergolak.Ingin rasanya teriak sekuat tenaga, selebar mulut menganga. Untuk melepaskan gundah hati yang membelenggu dan membeku, membatu di sudut karang berbatu. Dinginnya malam juga semakin menusuk tulang meski tubuhku sudah berbalut switer biru motif kotak-kotak . Bahkan setiap garis yang menghubungkan antara kotak satu dengan kotak lainnya nyata seperti suasana batin yang terkotak-kotak juga. Kadang aku masuk di kotak kiri, saat kucoba menyelami situasi yang ada, ku berlari ke kotak lainnya. Kuharap di situ kutemukan suasana baru yang lebih netral tanpa mengenal kotak tapi ternyata garis yang membentuk kotak bahkan semakin tajam. Garis itu pun tak membuatku terkurung di dalamnya. Aku kembali keluar dengan sadar bahwa kotak itu bukan ruangku apalagi rumahku tempat ku berlindung dari hujan dan dinginnya malam. Pada pergerakkan selanjutnya, kubersandar di dermaga tuk berlabuh. Lagi-lagi jangkar yang kulempar tak sampai ke kotak ketiga. Kotak itu nampak kosong tapi taksanggup kubuka. Aku enggan membukanya. Enggan menguak misteri kotak itu dengan mata dan hati terbelalak. Kiuntip melalui lubang kecil tuk mengukur. Barangkali kotak itu cocok denganku atau sesuai dengan ukuran bajuku. Lagi-lagi aku batal berniat baik, karena sebagian kotak itu berkarat dan berbau. Aku takmungkin masuk ke dalam kalau hanya akan dapat terkontaminasi oleh nurani yang berkarat . Lalu aku jadi sangat naïf. Kupilih berdiri di luar kotak. Kupandang satu persatu isi kotak dengan segala ulahnya. Kucoba kenali satu persatu karakter yang ditunjukkannya. Bak aquarium kupandang ikan-ikan yang sedang bercengkerama dengan asyiknya. Ada yang sangat sibuk mencari umpan. Ada yang senang mengekor di belakang ikan besar. Ada yang makan ceceran umpan yang berjatuhan. Tapi ada juga yang berebut menyantap umpan dengan berjibaku takut tak dapat bagian. Hah…ada pula yang sampai tak sempat tengok kiri tengok  kanan karena matanya tertuju di ujung kail yang dilemparkan. Hem…itulah yang kuyakini ada. Persengkokolan dengan payung

Diklat Jurnalistik Guru SMP

“Salam ABITA!, …ABITA….ABITA….ABITA…, Merah Putih….Ya!” itulah yel-yel yang selalu diteriakkan oleh peserta Pelatihan Penulisan Jurnalistik Guru SMP Tk Jateng tanggal 16 s/d18 September 2011 di Hotel SahidJaya, Surakarta. ABITA singkatan dari Aku Bangga Indonesia Tanah Airku. Yel-yel  ini untuk menggelorakan rasa kecintaan terhadap bangsa Indonesia yang, merupakan salah satu karakter yang harus ditanamkan kepada peserta didik.Memang,“ Fokus dari kegiatan Jurnalistik yang diharapkan dilaksanakan di setiap sekolah adalah untuk membentuk dan memperkuat karakter peserta didik, seperti ketekunan, kejujuran, kegigihan, kedisiplinan, dan kreativitas sekaligus menjadi sarana berekspresi secara tertulis serta membangun budaya membaca dan menulis”, kata HariWuljanto,S.Pd M.Si saat membuka acara.

SOSIALISASI PENILAIAN KINERJA GURU DAN PENILAIAN KEPROFESIAN BERKELANJUTAN

“ Sekarang ini menjadi guru bukan pekerjaan yang mudah. Sudah punya sertifikat pendidik bukanlah profesi sembarangan “  kata Hari Subardo, S.Pd  MM  selaku Pengawas SMP saat berlangsung Sosialisasi Penilaian Kinerja Guru dan Penilaian Keprofesian Berkelanjutan, Rabu, 24 Agustus 2011 di  ruang Multi Media SMPN 1 Wonosobo. Memang, “ Profesionalisme sebagai guru benar-benar harus bisa dipertangungjawabkan” imbuhnya. Ada empat kompetensi yang harus dimiliki guru, yakni kompetensi pedagogic, kepribadian, social, dan professional. Dari 4 kompetensi tersebut dijabarkan menjadi 14 kompetensi yang akan dinilai di lapangan. Dalam pelaksanaannya, Kepala Sekolah bersama 5 orang guru senior yang akan menilai. “ Semua aktivitas guru dan siswa saat pembelajaran akan dicatat oleh penilai” kata Hari Subardo dengan jelas.

“ Segera dibuat Action Plan Penilaian Kinerja Guru dan Keprofesian Berkelanjutan di SMPN I Wonosobo, mengingat kita ditunjuk sebagai Pilot Projec PKG dan PKB “ kata Heru Santoso, S.Pd M.Pd selaku PJP RSBI SMPN I Wonosobo. “ Dalam satu tahun akan dinilai dua kali. Khususnya SMPN I Wonosobo bulan Oktober akan ada monitoring dari Jakarta” tambah Heru mantap.

Dalam sambutannya, Parwanto, S.Pd selaku Kepala SMPN I Wonosobo mengingatkan bahwa  pendidikan bukan hanya merupakan pilar terpenting dalam upaya mencerdaskan bangsa, tetapi juga merupakan syarat mutlak bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat yang berkeadilan”. Lanjutnya, “ Adanya monev jangan sampai meresahkan guru karena pada dasarnya pemerintah akan menjadikan guru professional itu bermartabat dan sejahtera”. “ Nilai kinerja guru dikonversikan ke dalam nilai angka kredit yang harus dicapai (125%, 100%, 75%, 50%,25%). Lalu angka kredit yang telah mencapai tersebut  digunakan untuk kenaikan karier guru” tambah Parwanto

Acara yang diikuti oleh semua guru dan karyawan SMPN I Wonosobo itu dihadiri pula oleh Pengurus Komite yakni Bp Luluk Purwanto, Bp Slamet Eko Suprapto dan Bp Eko Suryantoro. Hadir pula Kasi Tendik SMP Kab Wonosobo Bp Jazim, S.Pd dan Bp Isnanto, S.Pd MM Kasi Sarpras TK/SD yang juga sebagai Koordinator PKG Kab Wonosobo. Tepat sirine berbunyi   acara usai dilanjutkan dengan berbuka puasa bersama.

RESENSI BUKU

Judul Buku
:  Perjalanan Penuh Karya, TIRTO UTOMO, Pendiri Aqua
   MENJADI YANG TERBAIK
Penulis
:  Muhammad Henaldy
Penerbit
:  Bridge Publishing
Kota Terbit
:  Yogyakarta
Tahun Terbit
:  2010
Tebal Buku
:  162 Halaman


Berbicara soal prestasi, tidak afdol bila tidak dilengkapi dengan prestasi tokoh yang satu ini. Beliau adalah salah satu putra daerah Wonosobo yang telah menorehkan banyak prestasi dan menginspirasi banyak orang untuk berkarya terbaik dalam bidangnya masing-masing. Beliau dikenal sebagai industriawan, pecinta lingkungan, pendidikan, kesenian, dan olah raga. Untuk mengenang dan melanjutkan cita-cita beliau, pada tahun 2004 dibentuk Tirto Utomo Foundation. Kegiatannya untuk membantu acara olah raga, pendidikan dasar, lingkungan hidup, dan kebudayaan. Buku ini sangat bagus untuk dibaca oleh siapa saja khususnya pelajar Wonosobo agar dapat meneladani jasa-jasa beliau yang penuh dedikasi, motivasi, dan inspirasi. Tirto Utomo adalah salah satu putra Wonosobo yang sukses mendirikan AQUA pada tanggal 19 Juni 1973. Aqua adalah produk air kemasan yang pertama kali ada dan menjadi brand  bagi produk sejenis. Orang menyebut aqua untuk berbagai merk air kemasan. Hal ini menunjukkan betapa kuat pengaruh nama dari sebuah produk yang tangguh, berkualitas, dan unggul. Mencerminkan pribadi Tirto Utomo yang disiplin, jujur, kerja keras, dan amanah, serta hormat kepada siapa pun.  Kwik Kian Gie menambahkan kalau Sien Biauw  nama kecil Tirto Utomo menjalani hidupnya dengan penuh vitalitas, kreativitas, kecerdasan, dan kepemimpinan yang tidak diragukan lagi. Seperti pesan yang disampaikannya, bahwa “ Tak ada jalan pintas untuk sukses dalam bidang apa pun juga. Semua harus melalui tahapan proses-berkembang-berjuang-bersaing-jatuh bangun untuk menjadi The Best Top of Line! “
Tirto Utomo dibesarkan dalam keluarga yang sederhana  dan kondisi ekonomi  belum baik. Beberapa ruang rumahnya hanya beralaskan semen, sebagian ada yang beralaskan tanah, bahkan berdinding gedheg.Ketika  orang lain masih terlelap tidur, ia sudah beranjak bangun untuk mencari rumput, memberi makan sapi-sapi perahnya. Ia lalu membantu memerah dan mengantar susu ke pelanggan dengan penuh semangat, kegembiraan, dan rasa tanggung jawab. Meski hidup dalam kondisi yang demikian, keluarga Tirto Utomo menikmati kesederhanaan dengan rasa kebersamaan, kehangatan, kasih sayang dan saling menghormati antar saudara. Pemikiran orang tuanya yang maju sangat mendukung keberhasilan pendidikan Tirto Utomo. Mulai dari St.Pius Wonosobo, Tiong Hoa Hwee Kwan ( SMP Belanda) Magelang, HCS (Hollands Chinese School)  Magelang, BHS ( Hogere Burger School) Semarang, HBS St.Albertus (SMA Dempo) Malang. TU lalu melanjutkan kuliah di UGM Fak Hukum (sarjana muda), terus melanjutkan S1 di UI Fak Hukum.
karier Tirto Utomo diawali sebagai wartawan di beberapa media massa mulai dari Sin Po, Pantjawarta, Djawa Post, dan Koran Sindo. Setelah lulus sebagai sarjana hukum Tirto Utomo bekerja di Permina dan pertama kali ditempatkan di Pangkalan Brandan – sebuah daerah pedalaman terpencil yang masih berhutan-hutan di Medan, Sumatera Utara selama 5 tahun. “ Sekali layar terkembang, pantang surut ke belakang”, semboyan yang membawa TU menduduki jabatan penting di Pertamina sebagai Kepala Divisi Hukum dan Pemasaran Luar Negeri. Atas prestasinya TU mendapat penghargaan Dharma Karya dari Menteri Pertambangan dan Energi pada tahun 1995. Insprirasi selanjutnya adalah mendirikan OASIS yaitu sebuah restoran yang menyajikan berbagai makanan khas Indonesia dengan arsitektur, interior, tata cara penyajian hidangan berkelas internasional. OASIS begitu mempesona karena tidak sekedar bisnis saja namun ada semangat nasionalisme baik sosial maupun budaya. Selain OASIS juga mendirikan restoran eksklusif di Jakarta “ Memoris” , “Pand’dor”. Semua itu adalah hasil dari tekadnya yang kuat untuk berkarya untuk negeri. Tercermin dari pesannya “ Jangan takut dan tidak perlu takut dengan persaingan, selama kita bisa mempertahankan kualitas dan tidak henti melakukan inovasi. Pesaing itu sebenarnya bagus karena kita bisa compare kualitas produk yang kita miliki dengan pesaing”. Karya terbesar lainnya adalah menciptakan produk air minum dalam kemasan siap minum yang bersih dan sehat. Ide kreatif tersebut tidak  sengaja muncul ketika ada perundingan tingkat internasional dengan perusahaan dari Amerika Serikat. Pesannya : 1) Kalau kita menemukan sebuah ide yang baik, segera realisasikan, jangan menunda-nundanya!, 2)Berusahalah menjadi yang terbaik dalam apa pun pilihan bisnis dan karier anda, 3) Apa pun yang terjadi, betapa besarnya masalah yang kita hadapi, harus kita hadapi dengan kepala dingin. Dan jangan panik!, 4) Hidup itu melayani, bukan untuk dilayani, 5) Belajar itu tidak kenal usia tidak kenal waktu. Sampai kapan pun kita perlu belajar. Ingat, selalu ada orang yang lebih jago, lebih pintar dari kita. Belajar bisa resmi dari sekolah, bisa dari buku, dari kawan, dari atasan, dari karyawan, dari lingkungan, bahkan dari lawan”. Itulah pesan-pesan TU kepada generasi penerus bangsa sesuai dengan tujuan penerbitan buku  ini untuk membangkitkan inspirasi pada generasi penerus dalam membangun bangsa dan Negara Indonesia melalui semangat kewirausahaan yang tangguh.